RI Tiba-Tiba Minta Bantuan Rusia soal Senjata Nuklir, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia telah berkomunikasi dengan Rusia terkait nuklir. Hal ini terjadi dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Dalam pertemuan itu, Menlu RI Retno Marsudi mengatakan bahwa Indonesia meminta dukungan Rusia agar dapat memastikan Asia Tenggara bebas dari senjata nuklir dengan aksesi protokol traktat Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (Perjanjian SEANWFZ).
"Rusia juga mendukung sentralitas ASEAN dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif," ujar Retno.
Rusia diketahui merupakan kekuatan senjata nuklir terbesar di dunia. Saat ini, retorika perang nuklir kembali ditingkatkan oleh Moskow kepada negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) sebagai dampak dari perang di Ukraina.
Di sisi lain, tetangga RI di Selatan, Australia, dilaporkan telah membuat kapal selam bertenaga nuklir untuk kepentingan militernya. Kapal selam itu dirancang dalam kerangka aliansi pertahanan AUKUS bersama AS dan Inggris.
Poin lain yang dibahas Menlu Retno dan Rusia adalah pentingnya kerja sama penguatan ketahanan pangan. Diketahui, krisis pangan mulai mengintai setelah Moskow mengindikasikan tidak akan melanjutkan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam, yang merupakan kesepakatan yang mengizinkan ekspor bahan pangan dari wilayah Ukraina dan Rusia di tengah peperangan yang terjadi.
Dari pertemuan ini, Menlu Retno menjabarkan bahwa RI bersama ASEAN dan Rusia telah mengadopsi join statement antara kedua negara dalam momen 5 tahun ASEAN-Russia Strategic Partnership.
"Pertemuan PMC dengan Rusia mengadopsi Joint Statement of ASEAN-Russia Foreign Minister on the occasion of 5th anniversary of ASEAN-Russia strategic partnership.
(luc/luc)