
Ritel Terpuruk & Penjualan Hancur, Ternyata Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel di Indonesia, berdasarkan Bank Indonesia (BI) mengalami kontraksi pada Mei 2023, baik secara bulanan maupun tahunan. Anjloknya penjualan ritel diperkirakan karena adanya basis perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, adanya penjualan ritel yang turun, karena ada pengaruh dari basis perhitungan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Di mana tahun lalu pada bulan Mei 2023 adanya Hari Raya Idul Fitri.
"Lebih karena faktor high based effect. Tahun lalu masyarakat melakukan revenge spending setelah ekonomi dilonggarkan. Sekarang kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa daya beli turun, karena penurunan harga komoditas dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)," jelas David kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/7/2023).
Di samping itu juga, menurut David belanja pemerintah masih relatif belum kuat. Tercatat, hingga Juni 2023, belanja pemerintah dalam APBN masih rendah yakni Rp 1.254,7 triliun atau baru mencapai 41% dari pagu yang sebesar Rp 3.061,2 triliun.
Realisasi belanja pemerintah hingga semester I-2023 hanya tumbuh 0,9% dibandingkan dengan realisasi belanja semester I-2022. Pertumbuhan belanja negara ini sangat rendah dibandingkan dengan tren pertumbuhan belanja semester I di periode-periode sebelumnya.
"Belanja pemerintah juga masih relatif belum kuat," kata David lagi.
Senada juga disampaikan oleh Ekonom Mandiri Faisal Rachman menjelaskan, Indeks Penjualan Ritel pada Mei 2023 turun secara bulan karena normalisasi pasca lebaran di April 2023.
"Secara tahunan yang terkontraksi juga karena high base lebaran tahun lalu yang jatuh di Mei 2022. Indeks Penjualan Ritel pada Juni 2023 secara tahunan diprediksi sudah kembali tumbuh, jadi sudah lebih baik tandanya konsumsi masyarakat pada tahun ini dibanding tahun lalu," jelas Faisal.
Seperti diketahui, berdasarkan data BI, Indeks Penjualan Ritel pada Mei 2023 tercatat sebesar 223,5 atau secara tahunan (year on year) terkontraksi sebesar 4,5%.
Penurunan terjadi pada seluruh kelompok, terutama pada subkelompok sandang, kelompok makanan, minuman, dan tembakaau. Serta barang budaya dan rekreasi sejalan dengan normalisasi konsumsi masyarakat setelah periode Ramadan dan Idul Fitri 1444 H.
Pada Juni 2023 diperkirakan ada kenaikan IPR sebesar 223,2, atau tumbuh positif sebesar 8,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 4,5% (yoy).
Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya pertumbuhan kelompok makanan, minuman, dan tembakau dan bahan bakar kendaraan bermotor yang pada bulan sebelumnya berada dalam fase kontraksi, serta Sub kelompoksandang yang melanjutkan tren pertumbuhan yang positif.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Buruk! Ritel Makin Terpuruk, Penjualan Hancur
