
Hantu Pangan di RI: Impor dan Kartel Pedagang Ritel!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan bahan pangan di Indonesia sangat tergantung pada pasar impor. Enam dari sembilan barang kebutuhan pokok harus dicukupi dari negara lain.
Buah dan sayuran dan komoditas bahan pangan utama lainnya, seperti gandum, kedelai, jagung sangat bergantung pada impor. Negara sesubur Indonesia bahkan mengalami defisit perdagangan buah dan sayuran rata-rata Rp 19 triliun per tahun.
Akibat pasokan pangan yang tidak menentu, kerap membuat kondisi harga pangan di Indonesia bisa meningkat drastis. Aktivitas pasar pangan kerap dipermainkan oleh para oknum tak bertanggung jawab yang melakukan kartel atau monopoli.
Perkumpulan Ekonom untuk Indonesia (EUI) pun turut menyoroti kebutuhan pangan di Indonesia yang sangat tergantung pada pasar impor.
Ekonom Senior Bambang Brodjonegoro yang juga mantan Menteri Keuangan, Kepala Bappenas, dan Menristek mengungkapkan, permasalahan pangan di Indonesia terkait dengan panjang dan rumitnya tata niaga pangan, termasuk banyaknya perantara antara petani dan pedagang basar atau ritel.
"Akibatnya petani incomenya rendah dan harga di pembeli tinggi, menyumbang inflasi," jelas Bambang dalam suatu diskusi, dikutip Senin (10/7/2023).
Pun, Bambang mengakui, bahwa dalam rantai pasokan pangan, banyak diisi oleh kartel atau rente.
"Indikasinya (kartel) ada, namun dalam skala kecil. Tapi, yang pasti mereka bisa mengambil margin besar yang menggeser income petani dan meningkatkan harga di konsumen akhir," kata Bambang lagi.
Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Ukay Karyadi dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, lazimnya perekonomian negara berkembang, pelaku usaha pangan selalu ada yang modern (korporasi) dan tradisional (rakyat).
Nah, kata Ukay, yang menjadi masalah ketika mereka berada di dalam satu lapangan untuk memainkan harga yang kerap terjadi diantara mereka.
"Terlebih lagi yang korporasi, bisnisnya terintegrasi secara vertikal dari hulu ke hilir, sehingga mereka memiliki market power yang besar, karena bisa mengendalikan pasar, dari pasar input hingga pasar produk turunannya," ujarnya.
Menurut Ukay, terkait komoditas pangan yang tidak diproduksi di dalam negeri atau kalaupun diproduksi hanya sebagian kecil, kebijakan impor yang dapat membatasi supply di pasar domestik sebaiknya tidak perlu dilakukan.
Di sisi lain, Ekonom Dradjad Hari Wibowo menilai politik Indonesia kurang berpihak pada produksi pertanian sejak Presiden Soeharto lengser. Indonesia juga dinilai kurang investasi dan inovasi pada teknologi pertanian.
Selain itu juga, menurut Dradjat persoalan pangan di Indonesia karena Perum Bulog juga dilemahkan melalui Letter of Intent (LoI) IMF yang melemahkan ketahanan beras Indonesia.
"Kita tidak segera membangun sistem stok pangan nasional yang memadai dengan jumlah gudang yang cukup dan tersebar di seluruh Indonesia, serta berteknologi penyimpanan terbaik. Kelemahan stok nasional ini membuat kita sering kesulitan melakukan stabilisasi harga," jelas Dradjat.
Untuk melakukan stabilisasi harga secara sistemik dan terstruktur, maka kata Dradjat sangat dibutuhkan perbaikan drastis dalam sistem stok pangan nasional. "Sistemik dan terstruktur ya. Tidak pakai masif, biar tidak digugat ke MK (Mahkamah Konstitusi)," ujarnya.
Kata Pemerintah Soal Persoalan Pangan di Indonesia
Stafsus Presiden bidang ekonomi Arif Budimanta menjelaskan, saat ini pemerintah terus melakukan pembenahan di sektor produksi pertanian melalui berbagai hal.
Pembenahan yang dimaksud yakni penyediaan dan insentif untuk benih, pupuk, alat, dan mesin pertanian, penyediaan air, dan pemeliharaan irigasi, hingga skema pembiayaan untuk pertanian melalui kredit usaha rakyat (KUR).
Menurut Arif, diperlukan sinergi dan kolaborasi dengan pemerintah daerah, terutama di daerah lumbung-lumbung pertanian atau pangan untuk menjadikannya sektor prioritas dalam penyediaan anggaran maupun kebijakan.
"Konsistensi dalam menjaga Tata Ruang dan Lahan Pertanian/Sawah berkelanjutan juga menjadi kunci agar tidak terjadi perubahan penggunaan lahan ke sektor yang lain," jelas Arif.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sadis! Anak El Chapo Jadikan Musuhnya Makanan Harimau
