Internasional

Jadi 'Tuan Rumah' Pembakaran Alquran, Swedia Korbankan NATO?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 05/07/2023 20:40 WIB
Foto: (AFP/JONATHAN NACKSTRAND)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan kegagalan pemerintah Swedia dalam mencegah protes pembakaran Alquran di negara itu meningkatkan kekhawatiran keamanan.

Fidan juga mengatakan insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang kredensial Swedia sebagai calon anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Fakta bahwa sistem keamanan Swedia tidak mampu mencegah provokasi dan menghadirkan citra (negara) yang membawa masalah ke NATO - alih-alih lebih banyak kekuatan - membuat kami berpikir dalam aspek strategis dan keamanan," kata Fidan pada konferensi pers bersama dengan Menlu Yordania, dikutip dari Arab News, Rabu (5/7/2023).


"Dalam hal keanggotaan Swedia di NATO, apakah itu akan menjadi beban atau keuntungan menjadi lebih terbuka untuk diperdebatkan."

Namun, Fidan mengatakan Turki masih akan menyetujui keanggotaan Swedia dalam aliansi militer tersebut jika Stockholm dapat menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan melanjutkan upaya untuk mengatasi masalah Turki.

Sebagai informasi, Swedia dan Finlandia meninggalkan kenetralan mereka selama puluhan tahun dan mendaftar untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.

Namun, Turki telah menunda meratifikasi keanggotaan Swedia dalam aliansi tersebut, menuduh negara itu terlalu lunak terhadap kelompok-kelompok yang dianggap Ankara sebagai ancaman terhadap keamanannya, termasuk militan Kurdi dan anggota jaringan yang disalahkan Ankara atas kudeta yang gagal pada 2016.

Ankara juga dibuat marah oleh serangkaian demonstrasi di Swedia oleh para pendukung Partai Pekerja Kurdistan atau PKK yang dilarang, serta protes pembakaran Alquran, termasuk yang terjadi minggu lalu.

PKK telah mengobarkan pemberontakan selama 38 tahun melawan Turki yang telah menewaskan puluhan ribu orang. Itu ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Swedia telah mengubah undang-undang anti-terornya setelah mengajukan keanggotaan. Fidan, mantan kepala intelijen Turki yang ditunjuk sebagai menteri luar negeri bulan lalu, menyatakan bahwa kelompok teror dapat terus melakukan demonstrasi, mengumpulkan uang, dan merekrut anggota di Swedia.

"Jika Swedia melanjutkan upayanya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya, selalu ada alternatif, seperti yang terjadi di Finlandia," jelas Fidan, mengacu pada sebuah memorandum yang ditandatangani Swedia dan Finlandia dengan Turki tahun lalu di mana mereka setuju untuk mengatasi masalah Ankara.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Negara NATO Siap Rogoh Kocek Untuk Senjata AS ke Ukraina