
RI Kecolongan 5 Juta Ton Bijih Nikel, Diduga Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan kemungkinan adanya perbedaan skema pencatatan antara pihak Indonesia dan China mengenai pengelompokan barang ekspor tertentu.
Hal tersebut menyusul mengenai dugaan bocornya bijih nikel ke China sebanyak 5 juta ton selama 2021-2022.
Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengatakan, saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing mengenai adanya dugaan ekspor ilegal bijih nikel tersebut.
Meski demikian, Wafid menilai dugaan kebocoran ekspor bijih nikel kemungkinan bisa saja terjadi akibat adanya perbedaan persepsi. Terutama dalam skema pencatatan antara pihak Indonesia dan China.
"Mungkin beda persepsi bea dan cukai di sana metodenya pakai apa, kita pakai apa, itu baru kita godok juga," kata Wafid saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Rabu (5/7/2023).
Misalnya, ia mencontohkan bahwa selama ini Pemerintah Indonesia masih memperbolehkan ekspor konsentrat besi ke luar negeri. Adapun di dalam konsentrat besi tersebut umumnya terdapat kandungan nikel yang cukup rendah yakni di bawah 2%.
Menurut Wafid, bagi Pemerintah Indonesia, kandungan tersebut tidak tercatat sebagai komponen bijih nikel. Namun, kemungkinan komponen tersebut tercatat oleh Pemerintah China sebagai bijih nikel.
"Jadi umpamanya begini kita memperbolehkan ekspor besi. Dalam besi konsentrat itu masih ada nikel yang taruhlah di bawah 2%-1%, bagi kita itu tidak masalah. Itu bukan bagian dari nikel. Tetapi di sana dihitung nikel, seperti itu," kata dia.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Detik-detik KPK Geledah Kantor Ditjen Minerba ESDM