Sepakat Ambil 35% Saham Shell di Masela, Ini Kata Pertamina

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 03/07/2023 13:17 WIB
Foto: Pertamina Hulu Rokan Potong Waktu Pengeboran Lebih Cepat (Foto: ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) akhirnya menyepakati proses pengambilalihan hak partisipasi atau participating interest (PI) 35% milik Shell Upstream Overseas Ltd di Blok Masela, Maluku. Bahkan, proses penandatanganan perjanjian pengalihan PI tersebut kabarnya akan dilakukan di bulan ini.

Meski demikian, perusahaan migas pelat merah ini masih irit bicara. VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyebut proses peralihan PI hingga kini masih terus berlangsung.

"Kami nanti sampaikan saat prosesnya sudah selesai semua ya," ungkap Fadjar kepada CNBC Indonesia, Senin (3/7/2023).


Seperti diketahui, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto membeberkan bahwa Pertamina telah menyepakati nilai akuisisi hak partisipasi 35% Shell di Blok Masela ini.

Dwi mengatakan, kesepakatan peralihan PI sendiri telah dilakukan pada akhir Juni lalu. Sementara itu, proses penandatanganan perjanjian peralihan hak partisipasi akan dilakukan pada bulan Juli ini.

"Sudah deal di Juni kemarin. Juli direncanakan penandatanganan agreement-nya," ucap Dwi saat ditanya bagaimana kabar terbaru proses peralihan hak partisipasi Shell di Blok Masela ke Pertamina.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan Pertamina akan mengambil alih PI Shell sebesar 35% di Blok Masela. Proses pengambilalihan tersebut ditargetkan dimulai pada akhir Juni.

Arifin menjelaskan kedua belah pihak sejatinya sudah sepakat terkait harga PI yang akan dialih kelolakan. Namun sayang, Arifin enggan membeberkan nilai peralihan PI.

"Sudah ada angkanya, masuklah dalam targetnya yang akan ambil participating interest dan akan diselesaikan akhir bulan ini," ujar Arifin di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (16/6/2023).

Arifin menyebut Pertamina nantinya akan membayar separuh dari harga PI tersebut terlebih dahulu sebagai tanda jadi. Kemudian separuhnya akan dibayarkan setelahnya.

"Bulan ini, itu separuhnya. Iya separuhnya dulu sebagai tanda jadi, tanda serius," kata dia.

Arifin sempat mengatakan harga pelepasan PI yang ditawarkan Shell sudah jauh di bawah US$ 1 miliar.

Perlu diketahui, proyek ini dikatakan "raksasa" karena mulanya diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar, belum termasuk penggunaan teknologi CCUS tersebut. Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,4 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,2 miliar atau sekitar Rp 318 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).

Blok Masela ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan bisa menghasilkan gas "jumbo" sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Proyek ini dikelola oleh Inpex Masela Ltd yang bertindak sebagai operator dan memegang hak partisipasi 65% dan 35% masih dipegang oleh Shell.

Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027. Terbaru, operasional proyek ini diperkirakan mundur menjadi 2029.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Pertamina: Shifting Impor Minyak Jadi Cara Jitu Negosiasi Tarif Trump