Jadi Penyebab Civil War Prancis , Siapa Nahel Merzouk?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
02 July 2023 18:45
Petugas pemadam kebakaran berdiri saat mereka memadamkan kendaraan yang terbakar selama bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi, setelah kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh oleh seorang petugas polisi Prancis saat menghentikan lalu lintas, di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis, 28 Juni 2023. (REUTERS/Stephanie Lecocq)
Foto: Petugas pemadam kebakaran berdiri saat mereka memadamkan kendaraan yang terbakar selama bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi, setelah kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh oleh seorang petugas polisi Prancis saat menghentikan lalu lintas, di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis, 28 Juni 2023 . (REUTERS/STEPHANIE LECOCQ)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kerusuhan besar melanda kota Nanterre disebelah Paris Barat, Perancis, Sabtu (1/7/2023). Hal ini dipicu dari pembunuhan pemuda keturunan Aljazair Nahel Merzouk (17).

Kerusuhan ini telah terjadi dalam beberapa hari. Kabar terakhir menyebut bahwa demonstran membakar rumah walikota dan menjarah toko hingga hunian.

Lantas siapa itu Nahel Merzouk?

Melansir BBC, dia adalah anak tunggal yang dibesarkan oleh ibunya tanpa seorang ayah. Nahel bekerja sebagai supir pengiriman makanan dan juga bermain di liga rugby.

Ia terdaftar di perguruan tinggi di Suresnes untuk berlatih menjadi tukang listrik. Catatan kehadirannya di perguruan tinggi buruk, dan pernah mendapat masalah dan berurusan dengan polisi. Meski demikian, pengacara keluarga menekankan ia tidak memiliki catatan kriminal.

Nahel dikabarkan berpamitan pada ibunya untuk bekerja pada hari dia tewas. Tak lama setelah pukul sembilan pagi pada hari Selasa itu ia ditembak mati di dada dari jarak dekat saat berada di belakang kemudi mobil Mercedes saat pemeriksaan polisi.

"Apa yang akan saya lakukan sekarang? Saya hanya punya satu (anak) dia adalah hidup saya," kata Ibunya.

Nahel diketahui tidak memiliki surat izin mengemudi dan menolak berhenti sesuai arahan polisi.

Pemimpin Partai Sosialis Oliver Faure mengatakan Nahel menolak untuk berhenti saat pemeriksaan bukan berarti polisi memiliki izin untuk membunuh.

"Semua anak republik memiliki hak atas keadilan," kata Faure.

Adapun Nahel menghabiskan tiga tahun terakhir hidupnya bermain untuk klub rugby Pirates of Nanterre. Dia juga telah menjadi bagian dari program integrasi remaja yang yang dijalankan sebuah asosiasi Ovale Citoyen.

Program itu bertujuan untuk mengajak orang dari daerah tertinggal untuk magang, di mana Nahel memutuskan untuk belajar menjadi tukang listrik.

"Dia adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk menyesuaikan diri secara sosial dan profesional, bukan anak yang berurusan dengan narkoba atau melakukan kejahatan remaja," kata Presiden Ovale Citoyen Jeff Puech.

Sebelumnya, beredar pula di media sosial yang diautentikasi oleh kantor berita Perancis, AFP, menunjukkan dua petugas polisi berusaha menghentikan kendaraan, salah satunya menodongkan senjatanya ke pengemudi melalui jendela dan menembak dari jarak dekat ketika Nahel tampak terus mengemudi. Mobil itu bergerak beberapa puluh meter sebelum menabrak.

Kematian Nahel itu kemudian memicu kembali perdebatan tentang kepolisian di komunitas terpinggirkan Prancis dan menimbulkan pertanyaan apakah ras merupakan faktor dalam kematiannya.

Selain itu kepada salah stasiun TV Perancis France 5, ibunda Nahel, Mounia menuding petugas polisi menembak anaknya karena melihat wajah keturunan Arab.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa Nahel Merzouk, Jadi Penyebab 'Civil War' Prancis?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular