Tiba-tiba IMF 'Usik' Andalan Jokowi, Bahlil Langsung 'Ngamuk'

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
01 July 2023 07:45
Bahlil: Sampai Langit Runtuh, RI Tetap Hilirisasi (CNBC Indonesia TV)
Foto: Bahlil: Sampai Langit Runtuh, RI Tetap Hilirisasi (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meminta Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) tidak ikut campur kebijakan pemerintah Indonesia. Terutama soal kebijakan larangan ekspor mineral mentah dan program hilirisasi.

Seperti diketahui, IMF menilai kebijakan hilirisasi perlu mempertimbangkan masalah analisa biaya dan manfaat. IMF mengingatkan agar kebijakan hilirisasi menimbulkan rambatan negatif bagi negara lain. Hal itu disampaikan IMF dalam Paparan yang diungkapkan di Article IV Consultation.

Sementara diketahui, proyek hilirisasi adalah program andalan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Di mana, hilirisasi komoditas pertambangan menjadi satu-satunya cara untuk Indonesia meningkatkan nilai tambah dari hasil pertambangan. Hilirisasi juga menjadi cara Indonesia untuk melompat menjadi negara maju. Karena kelak, dengan hilirisasi Indonesia tak hanya mengekspor barang mentah melainkan barang jadi seperti baterai kendaraan listrik yang saat ini dibutuhkan dunia.

Bahlil lantas bereaksi dan menyebut yang dilakukan oleh IMF itu sebagai standar ganda dan menilai IMF justru keliru.. Mengingat di satu sisi mendukung tujuan hilirisasi, di sisi lain menentang kebijakan larangan ekspor mineral mentah.

Selain itu, ia juga mempertanyakan penilaian IMF mengenai kerugian yang dialami Indonesia apabila kebijakan larangan ekspor dilakukan. Pasalnya, melalui hilirisasi ini justru perekonomian Indonesia mulai melesat.

"Saya mempertanyakan maksud IMF menyampaikan ini? Ini saran saya, dia mendiagnosa saja kepada negara-negara yang hari ini lagi susah. Dia nggak usah campur-campur urus Indonesia. Indonesia mengakui ekonomi sudah baik, Indonesia mengakui pemulihan sudah baik," ujarnya dalam Konferensi Pers, dikutip Sabtu (1/7/2023).

Dia menuturkan, sebelum kebijakan larangan ekspor diberlakukan, nilai ekspor bijih nikel RI pada periode 2017-2018 hanya sebesar US$ 2,3 miliar. Namun begitu Indonesia mulai menjalankan program hilirisasi nikel, nilai ekspor produknya bisa mencapai 10 kali lipat atau US$ 30 miliar sampai akhir 2022.

"Jadi sangat tidak rasional dan mempertanyakan data IMF mengurangi pendapatan negara. Pajak ekspor iya, tapi harus lihat komoditas hilirisasi PPH Badan, PPN, PPH Pasal 21 dan hilirisasi bukan konteks nilai tambah, hilirisasi untuk kedaulatan bangsa," ujar Bahlil.

Bahlil pun berpesan, siapa pun yang menyebut hilirisasi merugikan negara maka harus dipertanyakan pernyataan tersebut. Mengingat penciptaan nilai tambah bagi suatu negara cukup besar.

"Sebagai mantan aktivis terganggu, indepensi, harus lawan dengan cara-cara seperti ini," ujar Bahlil.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kondisi Dunia Gelap, Jokowi Ungkap 96 Negara Jadi Pasien IMF

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular