Your Money Your Vote

Bak di Korea, Wanita Kaya & Pintar RI Kini Pilih Tunda Nikah

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
22 June 2023 08:18
Warga melintas di Pelican Crossing , Thamrin, Jakarta,Senin (30/7). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merencanakan untuk merobohkan jembatan penyeberangan orang (JPO) di jalan Thamrin. Nantinya, JPO tersebut akan diganti dengan Pelican Crossing karena JPO tersebut dianggap menghalangi pemandangan ke Monumen Selamat Datang dari arah Monas. Penyeberangan pelican (pelican crossing) biasanya ditandai dengan jalur zig-zag serta garis lurus di sisi jalan. Yang pasti, penyeberangan pelican memiliki lampu lalu lintas yang lampu hijaunya baru bisa diaktifkan bila pejalan kaki menekan tombol. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki0
Foto: Ilustrasi pejalan kaki di Jakarta. CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mencatat, wanita karir di Indonesia sudah mulai tak berpikir untuk menikah dan memiliki anak. Fenomena yang marak di antara penduduk Korea Selatan era 1990-an hingga kini.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, data ini diperoleh dari sebuah portal yang dikembangkan BKKBN bernama Elsimil atau Elektronik Siap Nikah dan Hamil. Dari situ tergambar bahwa wanita di Indonesia yang memiliki karir, ekonomi mapan, pendidikan tinggi cenderung tidak mau menikah dan hamil.

"Karena komunitas yang kita khawatirkan tidak mau punya anak dan tidak mau menikah cenderung well educated, tinggal di kota, dan ekonominya lebih maju," kata Hasto dalam program Your Money Your Vote CNBC Indonesia, seperti dikutip Kamis (22/6/2023).

Hasto tidak membeberkan data detail dari portal yang dikembangkan itu, ia hanya menyajikan data yang menunjukkan bahwa usia menikah saat ini sudah semakin bergeser dan usia kehamilan pertama juga sudah meningkat dibanding periode satu dekade lalu.

Ia mengatakan, berdasarkan data Elsimil, median usia perkawinan pertama wanita Indonesia kini berada pada rentang 21-22 tahun, sedangkan satu dekade lalu masih masih pada usia 19 tahunan. Untuk wanita perkotaan menurutnya lebih lama lagi kecenderungannya.

Adapun untuk wanita hamil pertama dengan usia 15-19 juga menurutnya semakin sedikit. Saat ini rasionya adalah 26 dibanding 1000 wanita, sedangkan pada satu dekade lalu jumlah perbandingannya masih 36 per 1000 wanita.

"Jadi dulu lebih banyak orang melahirkan 15-20 tahun tapi semakin ke sini semakin sedikit, ini menunjukkan juga pergeseran delay untuk perempuan menikah dan melahirkan," ucapnya.

Senada, Plt. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Maliki mencatat data hal serupa. Menurutnya persoalan ini menjadi kendala bagi Indonesia ke depan karena berdasarkan riset yang ia temukan, anak yang cerdas salah satunya diturunkan dari ibu yang cerdas.

"Yang terjadi sekarang orang-orang yang well educated punya income tinggi cenderung sibuk tidak punya anak. Sementar orang-orang yang tidak punya pekerjaan, pendidikan baik, cenderung punya anak banyak," ucap Maliki pada kesempatan yang sama.

"Ini temuan valid bahwa anak yang cerdas diturunkan dari ibunya sementar ibu-ibu cerdas tidak mau menikah," tuturnya.

Maliki berujar, fenomena ini sebetulnya sudah terjadi di Korea Selatan pada era 1990. Akibatnya, Korea Selatan kini sedang menghadapi penyusutan populasi dan menghadapi krisis demografi. Ditunjukkan dengan data populasinya pada 2020 yang hanya 52 juta dan tersisa 12 juta orang pada 2120.

"Kalau tidak ditangani sekarang akan terlambat. Fenomena ini sudah terjadi di Korea tahun 90-an dan perempuan Korea juga sudah cenderung tidak pernah berfikir bahwa mereka harus menikah," ungkap Maliki.

Berdasarkan data tim riset CNBC Indonesia, jumlah pemuda perempuan dan laki-laki yang enggan menikah alias memilih status jomblo di Indonesia sebetulnya juga semakin banyak. Dari 65,82 juta jiwa penduduk Indonesia yang berkategori pemuda sebanyak 64,56% masih berstatus lajang, porsi ini naik tajam sebesar 10,39% dalam satu dekade terakhir.

Perempuan berperan besar pada fenomena jomblo ini, dimana persentase kenaikan yang belum menikah melonjak 10,15% dalam satu dekade terakhir, dibandingkan laki-laki 7,42%. Padahal, jumlah pemuda laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dengan rasio 104,74, yang berarti setiap 105 laki-laki terdapat 100 perempuan.

Ada pula perubahan signifikan terkait preferensi menikah dikalangan kaum hawa, pada 2011 jumlah yang menikah muda lebih banyak, tapi sekarang terbalik. Mereka yang menunda pernikahan hingga di atas usia 30 tahun meningkat rata-rata 1,03% setiap tahun. Sekarang lebih dari setengah perempuan usia 30 tahun ke bawah belum menikah


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jomblo Jadi Beban, Target Jokowi Ini Bisa Gagal!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular