
Dolar AS Naik-Turun di Level Rp 15.000, BI Buka Suara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar, yang saat ini terus bergerak bahkan sempat menyentuh level Rp 15.000/US$ disebabkan karena adanya sentimen eksternal.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Edi Susanto kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/6/2023).
"Murni dari eksternal (pergerakan rupiah), dampak dari apa yang terjadi di China dimana terdapat perlambatan ekonomi dan respon otoritas di China dalam memberikan kebijakan stimulus, yang dianggap kurang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Edi.
Permasalahan krisis likuiditas China yang mengharuskan Bank Sentral China, The People Bank of China (PBoC), menurunkan suku bunga.
Berbagai sentimen negatif mendorong pelemahan mata uang Asia. Mata uang won Korea Selatan melemah 1% dan baht Thailand tercatat merosot 0,6%.
"Apa yang terjadi di China, membuat mata uang China, yakni yuan terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ditambah juga adanya kebijakan otoritas China yang memberikan ruang mata uannya untuk melemah," jelas Edi.
"Dampak pelemahan mata uang China berimplikasi terhadap pelemahan mata uang negara berkembang (emerging market) di Asia termasuk Indonesia, tapi Alhamdulillah hari ini (sampai siang ini) rupiah terkoreksi agak menguat," kata Edi lagi.
Seperti diketahui, melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (21/6/2023), rupiah ditutup menguat 0,37% menjadi Rp 14.940/US$.
Mata uang Garuda akhirnya mampu menunjukkan keperkasaannya melawan dolar AS, pasca tertekan dua hari sebelumnya. Pada perdagangan hari sebelumnya, Selasa (20/6/2023), rupiah melemah 0,03% ke posisi Rp 14.995 per dolar.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Kontainer Berisi Rupiah Dibawa BI ke Banda Neira
