Belum Bisa Ekspor, Stok Konsentrat Freeport Menumpuk

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 21/06/2023 14:55 WIB
Foto: Sejak Minggu malam (12/02/2023), PTFI telah melakukan upaya pembersihan di area terdampak banjir di area tambang di Tembagapura, meliputi area pabrikpengolahan konsentrat, conveyor, perkantoran, terowongan west gully, dan jalan tambang. (Dok. PT Freeport Indonesia)

Gresik, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga kini masih menanti rekomendasi ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan izin ekspor dari Kementerian Perdagangan.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas berharap Kementerian ESDM dapat segera menerbitkan rekomendasi ekspor konsentrat tembaga untuk PTFI. Pasalnya, sejak 10 Juni 2023 perusahaan tidak bisa lagi melakukan kegiatan ekspor.

"Sampai hari ini saya belum mendapatkan informasi bahwa itu terbit, mudah-mudahan segera terbit karena kita sudah berhenti ekspor dari tanggal 10 Juni," ujar Tony saat ditemui di Kawasan Ekonomi Khusus Industri Java Integrated dan Industrial Port Estate (KEK JIIPE) Manyar, Gresik, Jawa Timur, dikutip Rabu (21/6/2023).


Sementara itu, Tony membeberkan bahwa produksi perusahaan di bagian hulu hingga kini terus berjalan. Akibatnya, tempat penyimpanan konsentrat tembaga perusahaan menjadi membludak.

"Kita sekarang produksi di hulu jalan terus tetapi enggak ada pengapalan sama sekali sehingga mungkin beberapa hari lagi tempat penyimpanan konsentrat kita akan penuh," ujarnya.

Sebelumnya, PT Freeport Indonesia menyatakan bakal mengekspor konsentrat tembaga sebesar 2,3 juta ton pada tahun ini. Hal tersebut menyusul Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) yang telah disetujui oleh Kementerian ESDM.

Sedangkan, berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang didapatkan pada 21 Desember 2018 lalu, PTFI seharusnya merampungkan pembangunan proyek smelter tembaga selama lima tahun sejak IUPK diberikan yaitu hingga 21 Desember 2023.

Namun, karena adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada pengerjaan proyek, perusahaan akhirnya mengajukan perubahan kurva-S kepada Kementerian ESDM. Adapun, hingga Januari secara kumulatif kemajuan fisik proyek smelter telah mencapai 54% atau melampaui rencana kurva-S yang telah disetujui pemerintah sebelumnya 52,9%.

Adapun, konstruksi fisik dari proyek smelter ini diperkirakan akan tuntas pada akhir 2023. Setelah itu, selanjutnya akan dilakukan pre-commissioning dan commissioning, sehingga pada Mei 2024 mendatang diperkirakan sudah bisa mulai beroperasi.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Strategi PTFI Hadapi Gejolak Harga Komoditas & Gejolak Global