Internasional

Rusia-Ukraina Minggir! 2 Negara Asia Perang Air, Ancam Krisis

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Senin, 19/06/2023 21:20 WIB
Foto: Bendungan Hidroelektrik Kajaki di Kajaki, Afghanistan di provinsi Helmand pada 4 Juni 2018 di Kajaki, Afghanistan. (File Foto - Orbital Horizon/Copernicus Sentinel Data 2018/Gallo Images/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua negara Asia di wilayah Timur Tengah, Iran dan Afghanistan, bergejolak. Ini akibat perselisihan mengenai air, sumber daya penting, yang menyusut dari hari ke hari di negara masing-masing.

Kekerasan bahkan terjadi di sepanjang perbatasan antara kedua negara beberapa pekan terakhir. Pusat konflik adalah air yang mengalir dari sungai Helmand Afghanistan ke Iran.

Teheran mengatakan pemerintah Taliban di Afghanistan dengan sengaja merampas pasokan air Iran untuk mendukung negara mereka sendiri. Tetapi Taliban mengatakan memang tidak ada cukup air sejak awal akibat curah hujan rendah dan turunnya permukaan sungai.


Bentrokan pertama meletus pada 27 Mei dan berujung ke baku tembak yang menewaskan dua penjaga Iran dan satu tentara Taliban serta melukai beberapa lainnya. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas pertempuran hingga kini.

Mengutip CNBC International, situasi ini berisiko mendestabilisasi wilayah Iran yang sudah miskin dan kekurangan air. Pasalnya protes serius terhadap pemerintah telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Provinsi Khuzestan, di barat Iran, menderita akibat kekurangan air dan pemadaman listrik akibat PLTA kehabisan pasokan. Di 2021, "pemberontakan warga yang kehausan" menyebar ke beberapa kota di sekitar Iran termasuk ibu kota Teheran dan memicu tindakan keras pemerintah yang berakhir dengan korban polisi dan sipil.

"Sengketa air dengan Afghanistan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng oleh Iran," kata analis utama Timur Tengah dan Afrika Utara di Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt, dikutip Senin (19/6/2023).

"Sumber daya air di Iran berada di bawah tekanan berat dan tekanan air telah menjadi pemicu kerusuhan sipil skala besar dalam beberapa tahun terakhir," tegasnya.

Apalagi, akibat sanksi Amerika Serikat (AS), ekonomi Iran kini sangat lemah dan gerakan protes anti-pemerintah yang terus berlanjut. Hal itu membuat Iran berada di bawah tekanan yang signifikan.

"Dengan pihak berwenang masih berjuang untuk membatasi protes nasional, krisis keamanan air di Iran timur akan datang pada waktu yang sangat buruk," tambah Soltvedt.

Sebenarnya ketegangan karena air bukan baru terjadi. Pada 1950-an, Afghanistan membangun dua bendungan besar yang membatasi aliran air dari sungai Helmand ke Iran.

Hal ini membuat Teheran marah dan mengancam hubungan. Pada akhirnya kedua negara menandatangani perjanjian tahun 1973 yang memberikan Iran 850 juta meter kubik air Helmand setiap tahun.

Tetapi sejumlah hal membuat perjanjian tak pernah berjalan sepenuhnya. Revolusi Iran, invasi AS, perang, dan perubahan pemerintahan yang dramatis di kedua negara menjadi penyebab.

"Sejak perjanjian air tahun 1973 antara keduanya, mereka beberapa kali mendekati perang karena berbagai pemerintah Afghanistan menggunakan kerentanan air Iran sebagai pengaruh pada masalah bilateral," kata rekan senior nonresiden di Pusat Asia Selatan Dewan Atlantik, Kamal Alam, di laman yang sama.

Para ilmuwan juga telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan risiko perang dan krisis pengungsi. Negara-negara pasti memperebutkan sumber daya alam yang mereka butuhkan untuk hidup.

"Ketidaksepakatan tentang alokasi air untuk Sungai Helmand sulit diatasi karena tidak ada negara yang mampu membawa lebih banyak air ke wilayah tersebut," kata analis senior Timur Tengah dan Afrika Utara di Rane, Ryan Bohl.

"Ini sudah menjadi area yang sangat kering, tetapi masalah seperti perubahan iklim dan pertanian berlebihan memperburuknya," tambahnya.

"Di satu sisi, ini adalah pendorong konflik klasik, persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang langka yang tidak dapat ditinggal oleh kedua belah pihak," ujarnya lagi.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Drone Ukraina Serang Kilang Minyak & Pangkalan Militer Rusia