RI Gak Ada Apa-Apanya, Utang Pemerintah AS Capai Rp476.800 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Departemen Keuangan Amerika Serikat mencatat rekor utang terbaru pada Jumat (16/6/2023). Utang negara ini berhasil mencapai US$ 32 triliun atau setara Rp 476.800 triliun (kurs Rp 14.900 per dolar AS).
Dilansir The New York Times, bengkaknya utang itu masih menjadi bagian dari dampak tingginya belanja negara pemerintah AS untuk memerangi Pandemi Covid-19, di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Nilai utang ini diumumkan tepatnya sepekan Kongres AS menyetujui batas atas pagu utang yang selama ini ditetapkan sebesar US$ 31,4 triliun untuk sementara waktu diabaikan.
Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics, menilai utang yang menggelembung ini adalah masalah terus-menerus yang perlu di atasi, seusai kesepakatan soal debt ceiling telah membuat AS terhindar dari kebangkrutan atau default sehingga potensi krisis bisa segera dicegah.
"Tapi tantangan fiskal jangka panjang yang menakutkan tetap ada," kata Zandi dikutip dari The New York Times, dikutip Minggu (18/6/2023).
Beberapa pakar dan pelaku ekonomi di AS sebetulnya telah meminta Kongres untuk membentuk komisi fiskal bipartisan untuk mengatasi penyebab jangka panjang dari utang nasional.
"Saat kita berpacu melampaui US$ 32 triliun tanpa ujung yang jelas, sudah lewat waktu untuk mengatasi pendorong fundamental utang kita, yang merupakan pertumbuhan belanja wajib dan kurangnya pendapatan yang cukup untuk mendanainya," kata Michael A. Peterson, kepala eksekutif dari Peter G. Peterson Foundation.
Menteri Keuangan Janet L. Yellen mengatakan sebaliknya, dia menganggap pemerintah sudah serius menangani masalah utang ini dengan mengeluarkan anggaran tahun ini untuk mengurangi defisit sebesar US$ 3 triliun.
Dia juga mengatakan bahwa suku bunga cenderung menurun dalam jangka menengah, membuat beban utang lebih mudah dikelola.
Yellen turut menyinggung soal kebijakan pajak yang dipromosikan oleh Partai Republik akan memperburuk situasi fiskal.
"Mereka akan menguntungkan individu dan perusahaan kaya dan tidak melakukan apa pun untuk keluarga yang bekerja," kata Yellen. "Itu tidak dibayar, dan itu akan memperburuk utang."
Nilai utang AS ini jauh lebih tinggi dari utang Indonesia. Sebagai perbandingan posisi utang RI per akhir April mencapai Rp 7.850 triliun atau setara dengan 38% PDB. Artinya utang AS tersebut nyaris 61 kali lebih besar dari utang RI.
Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menegaskan bahwa soal rasio utang terhadap PDB yang katanya justru turun dari 39,57 persen pada Desember 2022 menjadi 39,17 persen per April 2023.
Dia menuturkan bahwa kebijakan penanganan covid dan pemulihan ekonomi memang sempat membuat rasio utang meningkat, yakni 39,4 persen terhadap PDB di 2020, lalu 40,7 persen terhadap PDB di 2021.
"Tapi, kemampuan recovery yang baik membuat ekonomi Indonesia mampu bangkit, sekaligus menurunkan debt ratio. Pada 2021, rasio utang Indonesia 40,7 persen, jauh di bawah rerata emerging market. China bahkan menyentuh 71,5 persen," ungkapnya.
(haa/haa)