Putin Sesumbar, Sebut Serangan Balik Ukraina Tak Ada Harapan

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 June 2023 10:30
Tentara sukarelawan mengikuti pelatihan di luar Kyiv, Ukraina, Sabtu, 27 Agustus 2022. Beberapa sukarelawan mendaftar untuk bergabung dengan unit Chechnya yang berperang bersama militer Ukraina. Pejuang dari Chechnya, republik Rusia di Kaukasus Utara, berpartisipasi di kedua sisi konflik di Ukraina, dengan sukarelawan pro-Kyiv yang setia kepada Dzhokhar Dudayev, mendiang pemimpin Chechnya yang memimpin upaya kemerdekaan republik dari Rusia. (File Foto - AP Photo/Andrew Kravchenko)
Foto: Tentara sukarelawan mengikuti pelatihan di luar Kyiv, Ukraina, Sabtu, 27 Agustus 2022. (File Foto - AP/Andrew Kravchenko)

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Rusia Vladimir V. Putin percaya diri tentaranya akan memenangkan pertempuran dengan Ukraina. Ia bahkan berencana menyampingkan penggunaan senjata nuklir yang ia telah tempatkan di Belarus.

Pernyataan ini ia sampaikan dalam Forum Ekonomi Internasional Tahunan di St. Petersburg sebagaimana dilansir The New York Times. Kepada audiens yang merupakan elit bisnis Rusia, ia mengatakan Ukraina tak punya peluang menang melawan pasukan Rusia.

Ia pun mengklaim para pendukung Ukraina dari Barat akan mencapai titik jenuh terhadap konflik ini dan berhenti memasok senjata. Dengan begitu, peperangan di Kyiv akan bisa segera berakhir dalam waktu dekat.

Kendati begitu, sejumlah kritikus dan pengamat militer memandang, pernyataan Putin itu jauh dari fakta. Sebab, beberapa terkahir beberapa wilayah Rusia sendiri mendapatkan serangan dari Ukraina dan para pendukungnya.

Serangan balasan ini seperti saat terjadinya serangan drone di Moskow, serangan oleh milisi pro-Ukraina ke Rusia selatan, dan penembakan lintas batas kota-kota Rusia. Kondisi ini menjadi penjelas sikap Putin berhati-hati sepekan ini untuk menampilkan dirinya sebagai panglima tertinggi yang berpengetahuan luas.

Strategi Putin untuk memproklamirkan kesuksesan sambil menyampingkan masalah dengan elemen militer utama, seperti senjata pintar atau perlindungan perbatasan adalah sebuah kontradiksi, kata para pengkritiknya, yang tidak dapat bertahan tanpa akhir.

"Angkatan Darat Rusia telah sepenuhnya bertahan, dan semua pencapaiannya diukur hanya dengan fakta bahwa mereka belum banyak mundur," tulis seorang kritikus, Alfred Kokh, mantan wakil perdana menteri Rusia dan politisi oposisi, di Facebook dikutip Sabtu (17/6/2023).

Saat menuduh Ukraina mencoba memancingnya untuk meningkatkan tensi konflik, Putin turut menyatakan bahwa Rusia tidak perlu menggunakan persenjataan nuklirnya yang besar karena perang itu tidak dapat mengancam negaranya.

"Penggunaan senjata nuklir tentu saja dimungkinkan, bagi Rusia, dimungkinkan jika ada ancaman terhadap keutuhan wilayah, kemerdekaan dan kedaulatan kita, keberadaan negara Rusia," katanya sebelum menambahkan, "Kami tidak tidak memiliki kebutuhan ini."

Putin juga mengkonfirmasi bahwa gelombang pertama hulu ledak nuklir taktis Rusia telah dikerahkan di negara tetangga, yakni Belarusia. Fungsinya sebagai pencegah serangan terhadap Rusia, dan ia memastikan akan lebih banyak lagi yang tiba di sana sebelum akhir tahun.

Melalui gertakan dan klaim keberhasilan itu, Putin menjelaskan bahwa, apa pun yang mungkin terjadi dalam jangka pendek, senjata terbesar baginya adalah waktu.

"Harapannya sendiri adalah Barat akan keluar dari Ukraina," kata Tatiana Stanovaya, kepala firma analisis politik R.Politik. "Dia tidak ingin berbicara dengan Barat, sudah terlambat dan sudah terlalu jauh, dan dia sepertinya tidak mau.

Viktor I. Alksnis, mantan anggota sayap kanan Parlemen Rusia dan pensiunan kolonel Angkatan Udara Soviet, menulis di Telegram bahwa Putin tampaknya membesar-besarkan jumlah wilayah yang dikuasai Rusia di tenggara Ukraina. Ia berujar "Bagaimana bisa Putin memperoleh zona eksklusi, jika tidak dapat mengusir musuh bahkan dari Donetsk?"

Dalam pidatonya kepada para pebisnis yang berkumpul di Forum Ekonomi Jumat lalu, Putin berbicara selama lebih dari satu jam tentang bagaimana sanksi Barat dan mundurnya banyak perusahaan asing tidak meredupkan prospek ekonomi Rusia.

Namun, seorang ekonom Rusia menulis di Twitter dengan nada menyindir bahwa dia mendengarkan dengan takjub pidato Putin tentang pertumbuhan ekonomi negara, inflasi rendah, minimnya pengangguran, penurunan jumlah orang miskin, keberhasilan dalam digitalisasi dan inovasi lainnya, keamanan properti, serta iklim investasi yang sehat.

"Saya ingin tinggal di negara yang digambarkan Putin," kata ekonom Andrei Nechaev, mantan menteri pembangunan ekonomi.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Siaga Perang Nuklir, Siap Kerahkan Rudal 'Setan'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular