Bubar Bubar Bubar! Pesta Durian Runtuh RI Selesai

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
15 June 2023 12:40
Moh Edy Mahmud dalam rilis BPS 5 Juni 2023. (Tangkapan layar)
Foto: Moh Edy Mahmud dalam rilis BPS 5 Juni 2023. (Tangkapan layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor unggulan Indonesia mengalami tren penurunan pada Mei 2023. Penurunan yang terjadi pada komoditas unggulan ini - yakni batu bara dan besi baja - menekan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2023.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan bahwa besi dan baja khusus pada bulan Mei mengalami kecenderungan menurun dibandingkan April. Tecatat, pada bulan April, nilainya US$ 2 miliar.

"Data kami menyatakan bahwa Mei itu price di pasar global untuk kelompok besi dan baja US$ 105 dolar per metrik ton jadi besi dan baja meski secara nilai dibanding bulan sebelumnya," kata Edy dalam paparan rilis BPS, Kamis (15/6/2023).

Kendati demikian, BPS mencatat secara volume ada tren kenaikan bahkan jika dilihat dari Januari sampai Mei, tren kenaikannya secara volume.

"Jadi penurunan nilai karena price yang cenderung turun."

Lebih lanjut, Edy menuturkan minyak kelapa sawit dalam 5 bulan terkahir dari Januari sampai Mei 2023 mengalami tren penurunan. Namun khusus untuk mei dibanding April memang harganya agak sedikit naik tercatat Mei US% 1,5 miliar ada kenaikan.

"Sementara kalau dilihat dari tren price komoditas minyak kelapa sawit atau CPO. sebetulnya pricenya cenderung datar mulai di pertengahan tahun lalu sampai tahun ini," tambahnya.

Catatan lain, khusus batu bara, tren volume dan harga pada Mei mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini lumayan signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu.

"Dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan dibandingkan 2022," kata Edy.

Neraca perdagangan Indonesia kembali tercatat surplus sebesar US$ 440 juta. Ini adalah surplus 37 bulan beruntun.

Namun, surplus ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan surplus April 2023 sebesar US$ 3,94 miliar. Dari catatan Tim Riset CNBC Indonesia, surplus ini terendah sejak April 2020.

"Kami mencatat bahwa neraca perdagangan ini sampai Mei 2023 telah surplus selama 37 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus Mei 2023 ini melemah dan lebih rendah dibanding bulan sebelumnya serta dibandingkan mei 2022," ujar Edy.

Penurunan surplus ini juga dipicu oleh impor yang melonjak pada Mei 2023, pasca libur Lebaran lalu. 


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor Batu Bara RI Meroket di Februari, CPO & Besi Baja Malah Ambles

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular