
RI Mulai Deg-degan Susah Impor Beras, Harga Kemahalan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, pihaknya tetap mengutamakan pengadaan beras dari dalam negeri. Meski, pemerintah telah menugaskan Bulog mengimpor 2 juta ton beras tahun ini.
Apalagi, dia menambahkan, dengan kondisi saat ini, mengimpor langsung total 2 juta ton beras akan sulit terealisasi. Pasalnya, negara sumber pasokan beras Indonesia bakal membatasi ekspor berasnya.
"Kami melaksanakan penugasan dari ratas (rapat terbatas pemerintah), kami tidak memberikan keputusan atau kebijakan kecuali kami melaksanakan penugasan. Artinya, kami sangat berhati-hati dalam melaksanakan tugas walaupun kami dapat penugasan impor 2 ton untuk tahun 2023," kata Buwas saat Rapat Kerja bersama Mentan dengan Komisi IV DPR, Selasa (13/6/2023).
"Seperti tadi disampaikan, negara-negara mulai membatasi ekspor, khususnya beras. Termasuk Vietnam dan Thailand. Kita tadinya membutuhkan beras itu, tapi karena sudah keputusan negara-negara itu maka kami dengan penugasan 2 juta ton, seandainya dilaksanakan pun nggak mudah juga," tukasnya.
Dalam rapat itu, Buwas memaparkan realisasi pengadaan beras Bulog dari dalam negeri sepanjang semester pertama 2023. Per 9 Juni 2023, tercatat pengadaan pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog per 9 Juni 2023 mencapai 605.948 ton. terdiri dari 494.519 ton CBP dan 111.426 ton beras komersial.
"Sampai hari ini kami laporkan 600 ribu ton hasil serapan dalam negeri. Harusnya kami bisa dapat lebih tapi kan Bulog itu dibatasi dengan harga dan lain-lain sehingga kita nggak bisa leluasa untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Tapi kami juga menyerap untuk kepentingan komersial," katanya.
Di sisi lain, dia menambahkan, beras pengadaan Bulog tidak hanya untuk CBP, tapi juga untuk disalurkan sebagai beras bantuan pangan yang dialokasikan sekitar 210 ribu ton per bulan. Program bantuan pangan itu, katanya, dijadwalkan selesai bulan Juni ini.
"Kemarin kami sudah datangkan impor, plus serapan dalam negeri, kami salurkan untuk bantuan pangan di gudang Bulog hari ini kurang lebih 600 ribu ton," katanya.
Seperti diketahui, Vietnam mengumumkan rencana pengamanan stok pangan nasionalnya. Salah satunya, akan memangkas ekspor beras sekitar 44% setiap tahunnya menjadi 4 juta ton mulai tahun 2030. Tahun lalu, Vietnam memasok 7,1 juta ton beras ke pasar ekspor global.
Selain itu, Vietnam akan memangkas produksi beras kualitas rendah menjadi hanya 15% tahun 2025 dan 10% tahun 2030.
Selain karena negara pemasok sudah membatasi ekspor, lanjut Buwas, faktor harga juga turut berpengaruh dalam pengadaan beras dari luar negeri.
Belum lagi, imbuh dia, masalah selera orang Indonesia.
"Seperti yang dipaparkan pak Mentan (Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo) tadi berkaitan harga beras, dalam hal itu Indonesia termurah, harganya Rp12.000 (per kg). Saya nggak tahu, tapi kalau di pasaran kita Rp12.000 itu harga premium," katanya.
"Kalau patokannya itu, dibilang paling rendah (harga beras di Indonesia), bisa saja. Tapi menurut saya, itu (data Mentan) adalah harga beras khusus. Karena Japonica saja satu kilonya Rp100 ribu," cetusnya.
Terkait selera, lanjutnya, Bulog juga harus mengimpor beras yang benar-benar sesuai lidah orang Indonesia.
"Ada produksi beras di beberapa negara nggak bisa kita ambil karena nggak sesuai selera masyarakat Indonesia. Taste berbeda. Yang kami datangkan itu yang sesuai taste orang Indonesia, broken 5%. Kalau di sini broken 5% itu harganya sudah di atas Rp12.000. Tapi kami beli, harga sampai di gudang Bulog itu Rp9.000," ungkap Buwas.
"Sekali lagi, meski ditugaskan impor 2 juta ton nggak serta merta 2 juta ton langsung impor. Kalau pun dilaksanakan, nggak mudah," pungkasnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Budi Waseso Blak-blakan Bicara Percepatan Impor Beras
