Morgan Stanley: RI & India Tetap Kuat, Eropa Kacau Balau!

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
09 June 2023 10:20
Morgan Stanley
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat tahun ini. Ekonomi global diperkirakan melambat ke kisaran 2,9% tahun ini.

Kemudian, pada tahun 2024, perlambatan berlanjut hingga ke kisaran 2,8% dengan Asia yang mengungguli Ekonomi Maju.

"Secara keseluruhan, kami terus memperkirakan kinerja emerging market yang lebih baik, khususnya di emerging market Asia. Pemulihan China seharusnya mendukung kekuatan regional berdasarkan siklus, tetapi kekuatan jangka menengah berasal dari India dan Indonesia," tulis riset "Global Economics Mid-Year Outlook" terbaru Morgan Stanley, dikutip Kamis (9/6/2023).

Sementara itu, pasar negara berkembang lainnya diperkirakan akan tetap lemah, meskipun Morgan Stanley melihat peningkatan pertumbuhan di sebagian besar ekonomi pada tahun 2024 karena suku bunga riil turun dan permintaan domestik pulih.

Lebih lanjut, lembaga keuangan global ini melihat di sebagian besar negara berkembang, kebijakan moneter yang ketat menyebabkan pertumbuhan yang lambat sekarang dan untuk beberapa kuartal berikutnya.

"Kami mengharapkan garis (pertumbuhan) datar di Inggris, pendaratan lunak di AS, dan pertumbuhan yang kacau di kawasan Euro. Untuk Jepang, sebaliknya, penurunan inflasi dan kebijakan yang masih akomodatif menyebabkan pertumbuhan di atas tren," papar Morgan Stanley.

Di sisi inflasi, Morgan Stanley memperkirakan disinflasi akan berlanjut hingga tahun 2024 karena sebagian besar bank sentral negara maju tetap berada di wilayah yang terbatas.

"Penurunan dari inflasi hampir dua digit ke satu digit menengah ke bawah akan terjadi selama beberapa kuartal berikutnya, tetapi inflasi jasa yang lengket, yang tetap tinggi di sebagian besar ekonomi, kemungkinan besar hanya akan sulit turun selama tahun 2024," kata Morgan Stanley.

Inflasi Eropa dan AS diperkirakan akan berakhir pada tahun 2024 sekitar setengah poin persentase di atas target 2% mereka, tetapi Jepang seharusnya berada di bawahnya karena efek pass-through dari harga impor yang tinggi sebelumnya kemungkinan akan berkurang seiring dengan perlambatan ekonomi.

Adapun, inflasi jasa tidak termasuk makanan masih tetap sekitar 1%, meskipun meningkat secara bertahap.

Morgan Stanley mencatat bank sentral Amerika Latin dan sebagian besar Eropa Timur memulai siklus pemotongan suku bunga menjelang akhir tahun.

Kemudian, bank sentral Asia dapat memimpin jalan untuk menormalkan suku bunga kebijakan, dengan Bank Indonesia diperkirakan mulai memangkas suku bunga pada kuartal akhir 2023.

Di sisi lain, Morgan Stanley membeberkan skenario penurunan dengan membayangkan hard landing ekonomi AS, di mana kebijakan moneter yang sangat ketat memperburuk penurunan kredit di sektor perbankan, mendorong kontraksi yang mencolok dalam pengeluaran konsumsi dan investasi.

"Secara khusus, kami melihat kontraksi langsung dalam pengeluaran dan lapangan kerja selama tiga perempat, dan kenaikan tingkat pengangguran lebih dari 3 persentase poin," paparnya.

Dalam skenario seperti itu, Fed mulai menurunkan suku bunga pada kuartal akhir 2023. Morgan Stanley memperkirakan suku bunga Fed turun menjadi 2,625%. Namun ini bukan berarti akan lebih rendah, dan menghentikan pengetatan kuantitatifnya.

ECB diperkirakan mengikuti dengan memangkas suku bunga pada semester awal 2024. ECB akan tetap melakukan penurunan meski ada 'kejutan' di sisi energi. Pasalnya, kekhawatiran pertumbuhan melebihi kekhawatiran inflasi. Inflasi Eropa diperkirakan akan mencapai tingkat 2,0% pada akhir 2024.

"Dalam skenario ini, inflasi turun karena penarikan permintaan material, dan hambatan pada aktivitas ekonomi dirasakan di seluruh dunia," tegas laporan tersebut.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duarrr! IMF Beri Peringatan Baru ke 3 'Raksasa' Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular