
Bos Pertamina Buka Rahasia, Laba Tertinggi Sepanjang Sejarah!

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan pencapaian laba bersih tertinggi sepanjang sejarah berdirinya perseroan. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.
Dalam paparannya, Nicke mengatakan perusahaan pelat merah ini membukukan laba bersih hingga US$ 3,81 miliar atau Rp 56,6 triliun. Angka tersebut naik 86% dibandingkan tahun 2021 sebesar US$ 2,05 miliar atau Rp 29,3 triliun.
"Tahun 2022 bisa kita tutup dengan kinerja tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Kita bisa membukukan nett profit US$ 3,81 miliar," ujar Nicke dalam acara Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina 2022, dikutip Rabu (7/6/2023).
Di samping itu, pendapatan Pertamina pada 2022 juga melejit, mencapai US$ 84,89 miliar atau sekitar Rp 1.262 triliun. Angka ini naik hingga 48% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 57,5 miliar.
"Capaian ini bukan capaian windfall semata dan sebagainya, ada yang menyatakan ini karena ICP, kurs, ayo kita lihat data. Ini kinerja terbaik dari tahun ke tahun kalau dikatakan kurs tinggi kita pernah alami kurs tinggi beberapa tahun, ICP pernah di atas US$ 100 per barel tapi capaian gak demikian," terang Nicke.
Nicke menjelaskan peningkatan pendapatan perseroan tidak hanya ditopang oleh kenaikan lifting dan produksi migas serta penjualan produk. Namun, perusahaan juga sukses melakukan terobosan dalam mengoptimalkan biaya.
Menurut Nicke pada tahun 2012-2014 cost dari biaya di tahun tersebut dapat mencapai 93%-94%. Namun, pada tahun 2022 cost justru semakin ramping hingga mencapai 89%.
"Itu artinya ada penghematan dan kalau bicara 4-5% dari US$ 84 miliar itu bukan angka kecil dan gak bisa satu dua program, ini program cost optimal. Di mana, ada 267 program yang kita garap selama tahun 2022 untuk melakukan cost efficiency. Dan revenue tahun 2022 tahun terbaik dan kita berharap ini akan terus tumbuh berkelanjutan," kata Nicke.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Laba Pertamina Tahun 2022 Melejit Hingga Rp56,6 Triliun