Xi Jinping Pening, 2 Kemalangan Baru Ancam China
Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda perlambatan ekonomi China kembali mencuat. Kali ini, tanda negatif ditimbulkan di sektor properti Negeri Tirai Bambu.
Penjualan rumah baru untuk pekan yang berakhir 28 Mei tumbuh 11,8% dari tahun lalu. Ini merupakan penurunan tajam dari pertumbuhan 24,8% seminggu sebelumnya.
"Dalam pembalikan dari April, harga meningkat di pasar perumahan tetapi penjualan melambat," kata China Beige Book yang berbasis di AS dalam laporannya untuk Mei, dikutip dari CNBCÂ International, Rabu (31/5/2023).
"Di properti komersial, harga dan transaksi melemah tajam. Hasil yang buruk dalam konstruksi dan berkurangnya aktivitas fiskal membuat pendapatan dan produksi produsen tembaga di bulan Mei mengalami kontraksi," bunyi laporan lagi yang diambil berdasarkan survei perusahaan riset terhadap 1.085 bisnis dari 18 hingga 25 Mei.
Beijing telah mengurangi tekanannya pada pengembang real estat tahun lalu. Ini menyusul tindakan keras karena besarnya utang sektor ini pada Agustus 2020.
Diketahui properti dan industri terkait telah menyumbang lebih dari seperempat ekonomi China. Namun banyaknya proyek mangkrak dan turunnya penjualan jadi cerita lain.
Penurunan penjualan misalnya, berasal dari kota-kota terbesar di China. Contohnya saja, Shanghai dan Beijing yang menjadi hot spot karena migrasi warga demi mencari pekerjaan.
Selain dari penjualan, Investor di pengembang properti China juga semakin skeptis terhadap pasar. Indeks pasar iBoxx untuk obligasi real estat hasil tinggi China kembali turun mendekati posisi perdagangannya pada November.
Ini terjadi ketika Beijing mengumumkan deretan dukungan untuk sektor ini melalui apa yang dinamakan 'rencana 16 poin'. Rencana itu sendiri salah satunya berisi panduan ke bank untuk mendorong properti.
"Sementara rencana itu telah berperan penting untuk mengatasi krisis ini, inisiatif tersebut hanya ditujukan untuk mendukung utang pengembang pada tingkat proyek," kata analis S&P Global Ratings dalam laporan 22 Mei.
"Itu berarti masih ada ketidakpastian tentang apakah pengembang dapat membayar investor untuk obligasi di tingkat perusahaan induk," tambah S&P lagi mengaku sedang mengamati apakah pengembang dapat menghasilkan cukup uang dari penjualan properti.
Diketahui di April, penjualan properti nasional turun menjadi 900 miliar yuan. Ini di bawah rata-rata bulanan tahun lalu sebesar 1,1 triliun yuan.
Sementara itu, di pasar rumah sekunder, aktivitas bisnis "telah mendingin" sejak April. Itu terbukti dengan penurunan jumlah rumah yang terdaftar untuk dijual, harga yang diminta lebih rendah, dan lebih sedikit transaksi.
"Perlambatan ini mengikuti rebound kuat di kuartal 1 2023, menunjukkan kepercayaan pembeli rumah tetap rapuh di tengah prospek ekonomi yang tidak pasti dan prospek pekerjaan yang lemah," tulis laporan Fitch Ratings
Kinerja yang lemah di bulan Mei terjadi di tengah meningkatnya harapan pasar untuk pemulihan. Sebelumnya, survei triwulanan oleh People's Bank of China padahal menemukan peningkatan minat penduduk lokal untuk membeli rumah dalam beberapa bulan mendatang
"Pasar real estat masih dalam periode penyesuaian," kata Liu Lijie, analis pasar di Beike Research Institute.
"Kebijakan pemerintah perlu meningkatkan ekspektasi pasar untuk pemulihan real estat. Langkah-langkah tambahan dapat diambil bahkan di kota-kota besar untuk meningkatkan pembelian rumah," tambahnya.
"Tsunami" Pengangguran
Sementara itu, data baru juga menunjukkan tingkat pengangguran usia 16 - 24 tahun menembus 20,4% pada April lalu. Hal ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.
Banyak pemuda di China dilaporkan kini kesulitan mendapat pekerjaan. Padahal, kebanyakan dari mereka merupakan lulusan universitas, yang tentunya menyandang gelar akademik, misalnya sarjana.
"Bubble mahasiswa akhirnya pecah. Ekspansi universitas pada akhir 1990-an menciptakan lulusan yang sangat besar, tetapi ada ketidaksejajaran antara supply dan demand tenaga kerja berketerampilan tinggi. Perekonomian tidak mampu mengimbanginya," kata Yao Lu, profesor sosiologi di Universitas Columbia di New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Yang miris, seperempat pengangguran adalah setengah pengangguran. Ini merujuk ke mereka yang bekerja paruh waktu atau mengambil pekerjaan yang di bawah kualifikasi mereka dengan gaji yang rendah.
Kondisi ini semakin rumit jika melihat sektor manufaktur China yang mengalami kontraksi. Artinya tidak ada perekrutan tenaga kerja, bisa jadi justru PHK yang ada.
Biro Statistik Nasional China pagi ini melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Mei turun menjadi 48,8 dari bulan sebelumnya 49,2. Angka di bawah 50 berarti kontraksi atau menurunnya aktivitas usaha sementara semakin jauh ke bawah, penurunan aktivitas usaha tentunya semakin dalam.
(sef/sef)