
Utang RI Tak Sia-sia & Ngasal, Sri Mulyani Beberkan Data Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan selama masa Pandemi Covid-19, yaitu 2018-2022, utang yang dibuat pemerintah Indonesia optimal memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ini kata dia tidak terjadi di negara-negara lain seperti India, Malaysia, Filipina, Thailand, Amerika Serikat, bahkan dengan China. Tergambar dari naiknya PDB saat pemerintahannya membuat utang baru selama periode itu.
"Ini pelajaran bagi kita semua memang kenaikan GDP tidak hanya didukung utang karena tidak sustain, tapi Indonesia relatif cukup baik," ucap Sri Mulyani saat rapat dengan Badan Anggaran DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Ia memaparkan, saat pemerintah membuat utang pada periode 2018-2022 sebesar US$ 209 miliar PDB nominal mampu naik sebesar US$ 276,1 miliar. Artinya, kata dia setiap 1 dolar utang mampu menaikkan ekonomi sebesar 1,34 dolar saat itu.
"Jadi setiap 1 dolar menghasilkan 1,34 dolar dalam situasi terjadi shock luar biasa saat hampir semua perekonomian kolaps," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
![]() Paparan kelompok ekonomi makro. (Dok. Kemenkeu) |
Kondisi serupa kata dia terjadi juga dengan Vietnam karena saat pemerintahnya membuat utang baru sebesar US$ 18,2 miliar ekonominya mampu tumbuh hingga US$ 102 miliar. Ini katanya tak terlepas dari kemampuan Vietnam menarik investasi setelah adanya relokasi industri di China saat itu.
"Vietnam bagus sekali karena GDP nominal mereka naik didukung iklim investasi dan mampu menarik investasi yang keluar dari RRT," tutur Sri Mulyani.
Kondisi ini menurutnya tidak terjadi dengan negara lain. India misalnya dengan total utang baru yang dibuat saat itu sebesar US$ 932,4 miliar, kenaikan PDB nominalnya hanya naik US$ 683,5 miliar. Artinya pertumbuhan utang lebih tinggi ketimbang kenaikan ekonominya.
![]() Paparan kelompok ekonomi makro. (Dok. Kemenkeu) |
Kondisi yang sama juga terjadi untuk Malaysia dengan utang yang naik sebesar US$ 69,5 miliar kenaikan PDB nominal hanya naik US$ 48,9 miliar. Begitu juga dengan Filipina yang utangnya naik US$ 103,6 miliar PDB nominal hanya naik US$ 57,4 miliar.
Amerika Serikat pun dengan kenaikan utangnya yang mencapai US$ 8.925,8 miliar PDB nominalnya hanya naik US$ 4.931,4 miliar, Thailand dengan US$ 86,1 miliar hanya menaikkan ekonomi US$ 29,6 miliar, dan China dengan utang yang naik US$ 6.114,6 miliar ekonominya hanya tumbuh secara nominal US$ 4.258,2 miliar.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Progam Makan Siang Gratis Dieksekusi 2025, Utang RI Naik!