Dukung Pembangunan Berkelanjutan, ASEAN Sepakat Lakukan Ini

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Jumat, 26/05/2023 15:06 WIB
Foto: Dok Kadin Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid memimpin komitmen untuk pembangunan berkelanjutan di sektor bisnis dan swasta di seluruh ASEAN, melalui inisiatif-inisiatif inovatif dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan.

Pada KTT ASEAN ke-42, para pemimpin negara sepakat pengurangan emisi karbon, promosi industri hijau, dan pemanfaatan energi terbarukan, seperti kendaraan listrik (EV) telah menjadi visi bersama. Arsjad mengatakan pembangunan berkelanjutan yang dilakukan di ASEAN pun harus dilakukan secara global.

"Pembangunan berkelanjutan akan mengurangi dampak dari ancaman perubahan iklim yang dibarengi dengan komitmen antara berbagai pihak untuk membuat ekosistem industri, ekonomi, usaha, dan lingkungan yang berkelanjutan dan hijau," ungkap Arsjad dalam keterangan resmi, Jumat (26/5/2023).


Melalui proyek-proyek berkelanjutan ini, di menegaskan, ASEAN-BAC menunjukkan komitmennya dalam mendorong industri yang berkelanjutan dan hijau. Pihaknya juga mempromosikan pembangunan berkelanjutan oleh swasta penting dilakukan.

Pasalnya, dengan keterlibatan swasta maka keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan bisa dilakukan secara berkesinambungan.

"Transisi membutuhkan komitmen besar dan harus kita bayar mahal. Tapi memang harus kita lakukan karena manfaatnya akan dirasakan oleh anak cucu kita di masa mendatang. Terlebih ASEAN menyumbang sekitar 8% emisi karbon global dan termasuk dalam kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim. Karena itu kita harus ambil tindakan dari sekarang," ujar Arsjad.

Selain KTT ASEAN, persoalan pembangunan berkelanjutan juga diadvokasi dalam pertemuan G7 di Hiroshima, Jepang. Secara global, pembangunan berkelanjutan menjadi kebutuhan untuk menciptakan ekosistem yang lebih baik dan lebih hijau bagi ekonomi, industri, lingkungan, dan masyarakat.

Negara-negara di wilayah ASEAN yang rentan terhadap perubahan iklim juga sepakat untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan sebagai isu utama. Sehingga dari pada itu, kerjasama dengan sektor bisnis dan swasta dinilai sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, dan ASEAN-BAC sepenuhnya berkomitmen untuk mendukung upaya tersebut.

"Pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan haruslah beriringan. Apa yang baik untuk bisnis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat harus baik juga bagi kelangsungan planet kita. Karena itu ASEAN-BAC mendorong sektor swasta untuk ikut menciptakan perekonomian regional yang lebih hijau dan maju," kata Arsjad.

Komitmen ASEAN dalam Pembangunan Berkelanjutan dan Net Zero

Policy Manager untuk Sustainable Development Working Group Radju Munusamy, mengatakan ada tiga prioritas utama pembangunan berkelanjutan di ASEAN. Pertama, mengembangkan pemahaman dan kerangka kerja bersama untuk net zero.

Kedua, memanfaatkan sustainable financing. Ketiga, memungkinkan transisi energi yang adil dan terjangkau.

"ASEAN sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, sehingga penting bagi ASEAN untuk bekerja sama memiliki sebuah rencana aksi bersama yang dapat diadopsi dan diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan dalam perjalanan mencapai net zero," kata Radju.

Menurutnya, dengan adanya ASEAN Taxonomy Versi 2 memungkinkan transisi yang adil menuju adopsi keuangan berkelanjutan oleh Negara Anggota ASEAN.

"Hal ini akan membantu menyelaraskan klasifikasi kegiatan dan aset berkelanjutan di seluruh ASEAN," tegasnya.

Sebagai upaya konkret, ASEAN-BAC telah meluncurkan proyek-proyek berkelanjutan untuk mendukung bisnis dalam mengurangi emisi karbon dan bertransisi ke masa depan yang berkelanjutan. Inisiatif-inisiatif ini termasuk ASEAN Net Zero Hub dan ASEAN 

Sementara itu, Legacy Lead untuk ASEAN Carbon Center of Excellence Dharsono Hartono, menyoroti pentingnya proyek ini dalam menghadapi perubahan iklim. Menurutnya, ASEAN Carbon Center of Excellence dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik tentang solusi berbasis alam dan perdagangan karbon.

"Dengan membangun jaringan yang kuat antara pelaku pasar, kami mendorong tujuan iklim ASEAN dan mempromosikan ekonomi hijau melalui solusi berbasis alam," ungkap Dharsono.

Investasi antar negara di kawasan dan mitra dagang ASEAN juga penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan untuk menjalin kemitraan. ASEAN-BAC pun telah melibatkan delapan negara, termasuk Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, Brunei, Myanmar, dan baru-baru ini Britania Raya.

Roadshow ASEAN, yang meliputi Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, Brunei, dan Myanmar, bertujuan untuk meningkatkan integrasi regional dan menjadikan negara-negara ASEAN sebagai pusat utama kendaraan listrik (EV). Upaya bersama Indonesia, Filipina, dan Vietnam, yang menyumbang 31% produksi nikel global, memiliki potensi mengendalikan lebih dari 50% cadangan nikel, memperkuat posisi mereka di industri EV.

Brunei, memiliki visi untuk menjadi pusat hijau yang menonjol di ASEAN dengan memprioritaskan pembangunan berkelanjutan melalui pengembangan ekosistem rendah karbon dan solusi berbasis alam. Kamboja memiliki pasar EV yang berkembang pesat dan telah memberlakukan insentif untuk mengurangi bea masuk kendaraan listrik, menjadikannya sekitar 50% lebih murah daripada kendaraan konvensional.

Myanmar, dengan cadangan mineral langka seperti disprosium dan terbium yang melimpah, yang sangat penting untuk pembuatan EV yang ringan, memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi upaya pembangunan berkelanjutan di wilayah ini.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sultan Brunei Dirawat di RS Kuala Lumpur Saat KTT ASEAN