
Terungkap! Negosiasi Pertamina & Shell di Proyek Raksasa Alot

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan negosiasi pengambilalihan hak partisipasi atau Participating Interest (PI) Shell di Blok Masela sebesar 35% oleh PT Pertamina (Persero) berjalan alot.
Menurut Arifin, seharusnya Shell dapat lebih fleksibel mengenai pelepasan PI di Blok Masela. Mengingat, perusahaan asal Belanda tersebut sudah lama menancapkan bisnisnya di Indonesia.
"Masih dalam proses negosiasi ya, agak alot karena Shell itu ya mestinya dia lebih ngerti karena sejarahnya Shell di Indonesia sudah berapa lama ya. Dia (dapat) manfaatnya udah banyak. Sejak dulu Shell kan ada, makanya ini untuk kepentingan Indonesia dia gak mau fleksibel," ungkap Arifin ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya mengatakan dalam proses pengambilalihan PI Shell di Blok Masela tersebut, Pertamina bakal menggandeng perusahaan asal Malaysia yakni Petronas.
Dwi berharap, proses pengambilalihan PI 35% di ladang gas jumbo ini dapat rampung pada semester 1 2023.
"Sekarang mereka (Pertamina-Petronas) maju secara bersama-sama. Kita harapkan semester 1 ini sudah bisa deal lah, negosiasi antara Shell dan Pertamina," ujar Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin Malam (16/5/2023).
Dwi mengakui proses pengambilalihan PI di Blok Masela cukup alot lantaran harga yang ditawarkan Shell kurang sesuai dengan Pertamina. Namun saat ini jarak harga atau gap tersebut sudah semakin mengecil.
"Ya nanti kalau sudah selesai deal-nya, ini kan masih (berlangsung)," kata Dwi.
Blok Masela ini diperkirakan memiliki potensi produksi 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.
Adapun perusahaan bertindak sebagai operator dan juga pemegang hak partisipasi mayoritas di Blok Masela ini yaitu Inpex Corporation, perusahaan migas asal Jepang.
Proyek ini dikatakan "raksasa" karena diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar. Pengelola blok ini baik Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat.
Proyek gas ini diperkirakan mundur ke 2029 dari rencana semula di 2027 karena Inpex selaku operator Blok Masela tengah melakukan kajian untuk pemanfaatan teknologi penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon (Carbon Capture, Utilization & Storage/ CCUS).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Akui Aset Blok Masela Strategis, Tapi..
