Dibilang Luhut Umbar Janji Surga, Kepala Bappenas Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa akhirnya buka suara terkait dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan.
Seperti diketahui, Luhut mengatakan bahwa Kepala Bappenas mengumbar janji surga terkait dengan kemakmuran dan keadilan ekonomi di balik hilirisasi.
"Saya kira pak luhut gak bermaksud gitu, saya sudah coba tanya. Bappenas ini adalah bahasanya teknokratik dan selamanya terukur. Bappenas menyusun RPJP, RPJMN dan RKP, itu bukan bahasa ngejar langit, tapi teknokratik harus dicapai sekian sekian," paparnya kepada awak media, Selasa (16/5/2023).
"Bagaimana strateginya? Kita kasih opsinya, kita bukan lembaga eksekusi, yang eksekusi daerah dan K/L lain. Kita mengarsiteki, mengorkestrasi agar semua kegiatan menuju konvergen, kemiskinan turun, pertumbuhan naik," katanya.
Menurutnya, Bappenas berulang kali mengingatkan agar sektor industri manufaktur harus tumbuh, karena selama ini kecenderungan naik, maka pertumbuhannya harus naik lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi.
"Kalau pertumbuhan ekonomi 5%, dia harus 10% agar kontribusinya makin besar," tegasnya.
Seperti diketahui, andil industri terhadap ekonomi Indonesia semakin menurun. Terbukti andil industri terhadap PDB Indonesia telah berada di kisaran 18% pada tahun ini.
Suharso mencontohkan industrilisasi CPO, di mana seharusnya Indonesia tidak hanya sebatas ekspor. Namun, bagaimana CPO bisa menjadi bahan bakar ramah lingkungan ke depan.
"Jadi kalau kita mau melakukan pertumbuhan ekonomi pilihannya kita tunjukkan, kalau pilihannya ini hasilnya seperti ini," ujarnya.
Sebelumnya, Luhut mengungkapkan bahwa dirinya telah mengadukan Bappenas ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah ketahuan mengumbar janji surga terkait dengan kemakmuran dan keadilan ekonomi di balik hilirisasi.
"Bappenas itu saya koreksi juga ke bapak Presiden (Jokowi). Pak itu sudah janji surga, keadilan kemakmuran, itu terus bahasanya. Tapi how we do it? How do we execute? itu yang menurut saya itu lebih penting," tegas Luhut.
(haa/haa)