Ngeri! Hacker Korut Curi Aset Kripto Rp 10 T dari Jepang
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok peretas yang berafiliasi dengan Korea Utara telah mencuri aset mata uang kripto senilai US$ 721 juta (Rp 10 triliun) dari Jepang sejak 2017. Hal ini didapat dari laporan penyedia analisis blockchain Inggris, Elliptic.
Mengutip Nikkei Asia, Elliptic memiliki teknologi yang melacak dan mengidentifikasi transfer uang di blockchain tempat aset kripto diperdagangkan. Dalam analisi itu, grup peretas Korut, Lazarus, telah memecah kerugian finansial berdasarkan wilayah atau negara.
Dalam aksinya, Pyongyang menggunakan dua jenis utama serangan siber: peretasan dan ransomware. Analisis Elliptic sebagian besar mengungkap peretasan dengan mencuri langsung dari pertukaran mata uang kripto.
Karena tidak pasti apakah serangan ransomware tertentu akan berhasil, Korut dianggap memfokuskan upayanya pada serangan langsung pada bursa karena satu peretasan yang berhasil dapat membawa banyak sekali aset kripto.
"Jumlahnya sama dengan 30% dari total kerugian tersebut secara global," lapor tulisan itu, seraya menambahkan bahwa total kerugian yang ditimbulkan Lazarus secara global mencapai US$ 2,3 miliar.
Selain Jepang, negara yang menjadi korban Lazarus adalah Vietnam (US$ 540 juta), AS (US$ 497 juta) dan Hong Kong (US$ 281 juta).
Badan-badan internasional sendiri menyadari ancaman yang berasal dari Pyongyang. Dalam pernyataan bersama para menteri keuangan G7 pada hari Sabtu di Jepang, mereka mengakui 'ancaman yang berkembang dari kegiatan terlarang oleh aktor negara' seperti pencurian cryptocurrency.
Menurut sebuah laporan yang dirilis pada 5 April oleh panel ahli Dewan Keamanan PBB, Korut mencuri antara US$ 600 juta dan US$ 1 miliar dalam cryptocurrency pada 2022, dua kali lipat total tahun sebelumnya. Elliptic memperkirakan angkanya sebesar US$ 640 juta untuk tahun 2022.
Dalam laporan Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang, US$ 721 juta yang dicuri dari Jepang adalah 8,8 kali lebih besar dari nilai ekspor Korut pada 2021.
(luc/luc)