Internasional

Hasil Pemilu Turki, Erdogan Segera Lengser?

sef, CNBC Indonesia
15 May 2023 06:59
Turkish President Tayyip Erdogan greets supporters at the AK Party headquarters in Ankara, Turkey May 15, 2023. REUTERS/Umit Bektas
Foto: REUTERS/UMIT BEKTAS

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilu Turki berlangsung Minggu (14/5/2023) waktu setempat. Baik petahana Presiden Recep Tayyip Erdogan dan saingannya Kemal Kilicdaroglu dilaporkan bersaing ketat.

Bahkan hasil pemilu Turki sementara, menunjukan pemilihan presiden putaran kedua akan digelar, karena tak ada yang melewati ambang batas 50% untuk menang. Namun baik partai Erdogan maupun Kilicdaroglu mengklaim keunggulan.

Mengutip CNBC International, awalnya Erdogan dilaporkan memimpin perhitungan suara sangat signifikan. Tetapi, keunggulan makin terkikis seiring berjalannya perhitungan.

Menurut kantor berita milik negara Anadolu, dengan hampir 91% kotak suara dihitung, Erdogan memimpin dengan 49,86% dan Kilicdaroglu dengan 44,38%. Tapi oposisi menyebut Kilicdaroglu unggul dengan 47,42%, sementara Erdogan memiliki 46,48%.

"Kedua belah pihak mengklaim berada di depan," tulis Reuters, dikutip Senin (15/5/2023).

"Memperingatkan terhadap kesimpulan prematur di negara yang sangat terpolarisasi," tambah media itu.

Bagi oposisi, hasil perhitungan diterbitkan dalam urutan yang secara "artifisial" meningkatkan penghitungan Erdogan. Pasalnya, dalam dua jajak pendapat sebelumnya, kubu Kilicdaroglu mengklaim kemenangan di atas ambang 50%.

Kubu Erdogan sendiri dilaporkan mengajukan keberatan terhadap pemungutan suara, menunda hasil penuh. "Sejauh ini mereka melakukan segala daya mereka untuk menunda proses," kata oposisi.

Pemungutan suara hari Minggu adalah salah satu pemilihan yang paling penting dalam sejarah 100 tahun negara itu. Kontes tersebut bisa saja mengakhiri pemerintahan 20 tahun Erdogan.

Pemilihan presiden akan memutuskan tidak hanya siapa yang memimpin Turki, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa. Tetapi juga bagaimana arah ekonominya di tengah krisis biaya hidup yang mendalam, dan bentuk kebijakan luar negerinya.

Memang di tangan Erdogan, Turki berubah menjadi anggota NATO dan negara terbesar kedua di Eropa yang memiliki fungsai signifikan sebagai pemain global. Ia memodernisasikan negerinya melalui megaproyek seperti jembatan baru, rumah sakit, dan bandara, serta membangun industri militer yang dicari oleh negara asing.

Tapi di sisi lain, ekonomi Turki bergejolak di tengah intervensi Erdogan menahan suku bunga tetap rendah meski inflasi tinggi dan mata uang lira terjun terdalam terhadap dolar AS. Turki mencatat inflasi 50,51% pada April 2023.

Belum lagi tanggapan pemerintahan Erdogan terhadap gempa dahsyat di tenggara Turki awal 2023, yang menewaskan 50.000 yang dianggap lambat. Ini menambah kekecewaan para pemilih.

Di dunia internasional, Erdogan menjadi salah satu sekutu terpenting Presiden Vladimir Putin. Jika kekalahan terjadi kemungkinan akan membuat Kremlin bingung meski menghibur pemerintahan Presiden AS Joe Biden, serta banyak pemimpin Eropa dan Timur Tengah yang memiliki hubungan bermasalah dengan Erdogan.

"Insya Allah, Turki akan menjadi pemimpin dunia," kata pendukung Erdogan Mehmet Akif Kahraman.

"Saya melihat pemilihan ini sebagai pilihan antara demokrasi dan kediktatoran," kata Ahmet Kalkan, 64, pemilih oposisi, menyerukan ketakutan akan kritik yang disebutnya melanda rezim Erdogan.

"Saya memilih demokrasi dan saya berharap negara saya memilih," tambah Kalkan, seorang pensiunan pekerja sektor kesehatan.

Putaran kedua akan dilakukan 28 Mei. 


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seluruh Dunia Pantau Hasil Pemilu Turki, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular