Internasional

Ngeri Perang Rusia-Ukraina, Putin Ancam Bombardir Inggris

sef, CNBC Indonesia
Senin, 15/05/2023 06:05 WIB
Foto: Bendera Inggris dan Rusia. File Photo Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia ke Ukraina masih terus terjadi. Sejumlah fakta terjadi dari akhir pekan kemarin dan dikhawatirkan semakin membawa eskalasi dan "kengerian" baru.

Terbaru, Rusia mengancam menghancurkan Inggris. Hal ini terkait keputusan London untuk mengirimkan rudal siluman "Storm Shadow" guna membantu Ukraina.

Bukan hanya itu, Presiden Ukraina juga masih melanjutkan safarinya ke sejumlah negara Eropa untuk meminta dukungan baru. Di sisi lain, mantan Presiden AS Donald Trump tiba-tiba berbicara soal perang dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan "terancam" karena Rusia.


Berikut fakta-fakta yang dirangkum CNBC Indonesia, Senin (15/5/2023).

Rusia Ancam Bombardir Inggris

Pemerintah Rusia, dibawah Presiden Vladimir Putin, mengancam akan membombardir Inggris. Ancaman keras diberikan perwakilan Kremlin di wilayah aneksasi Krimea, Georgiy Muradov.

Ini akibat keputusannya untuk memasok Ukraina dengan rudal siluman, Storm Shadow, sebuah rudal jelajah jarak jauh. Inggris menjadi negara pertama yang memasok Ukraina dengan rudal jenis tersebut.

"Pulau Inggris itu sendiri berisiko berubah menjadi wilayah yang hancur," kata Muradov dikutip Newsweek dari media Rusia, RIA Novosky.

"Konflik ini tidak ada hubungannya dengan Inggris Raya. Saya ingin percaya bahwa tidak semua orang Inggris belum kehilangan naluri mempertahankan diri, yang, tampaknya, dirampas oleh orang asing yang memerintah Inggris," sindir Muradov ke pemerintahan PM Rishi Sunak.

Storm Shadow sendiri adalah rudal serangan yang diluncurkan dari udara yang dikembangkan oleh Inggris dan Prancis. Diketahui jarak tembak lebih dari 250 kilometer (155 mil).

Seorang ahli teknologi rudal dan peneliti doktoral di Universitas Oslo, Norwegia, Fabian Hoffmann, mengatakan bahwa Storm Shadow pada prinsipnya memberi Ukraina kemampuan serangan jarak jauh yang sangat kuat terhadap target. Hoffmann mengatakan Ukraina berpotensi menyerang Jembatan Selat Kerch, yang merupakan satu-satunya jalur darat Rusia dengan semenanjung Krimea dan rute pasokan utama untuk pasukan Rusia di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Sebelumnya, mantan penasihat presiden Ukraina Oleksiy Arestovych memang mengatakan serangan balasan Kyiv akan menargetkan Jembatan Kerch. Diketahui Ukraina disebut segera melakukan serangan balasan besar-besaran ke Rusia dalam waktu dekat.

"Kami akan menghancurkan Jembatan Krimea. Semua ini dimungkinkan dalam kondisi tertentu, saat ini kami sedang mengatur kondisinya," kata Arestovych.

Krimea awalnya adalah bagian dari Ukraina. Namun di 2004 wilayah ini dianeksasi Rusia.

Di Oktober 2022, serangan dahsyat juga menggempur jembatan itu. Presiden Rusia Vladimir Putin bereaksi dan menyebut Ukraina sebagai dalang.

Zelensky "4 Mata" ke Paus & Kanselir Jerman

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kini melakukan safari di Eropa. Akhir pekan waktu setempat, ia bertemu pemimpin Vatikan, Paus Francis, dan membahas perang di Ukraina.

"Paus telah meyakinkan doanya yang terus-menerus, disaksikan oleh banyak seruan publiknya dan doa terus menerus kepada Tuhan untuk perdamaian, sejak Februari tahun lalu," kata kantor pers Vatikan, dikutip CNN International.

"Keduanya sepakat tentang perlunya melanjutkan upaya kemanusiaan untuk mendukung penduduk," tambahnya.

Paus Fransiskus juga menekankan perlunya "isyarat manusia" terhadap para korban perang. Ini adalah pertemuan tatap muka pertama antara Zelensky dan Paus sejak invasi besar-besaran Rusia dimulai Februari 2022.

Setelah kunjungan tersebut, diketahui pula Zelensky berada di Jerman. Ia tiba di Berlin sehari setelah Jerman mengumumkan paket bantuan militer senilai US$3 miliar untuk Ukraina, Minggu waktu setempat.

"Sudah di Berlin. Senjata. Paket kuat. Pertahanan udara. Rekonstruksi. Uni Eropa. NATO. Keamanan," cuit Zelensky di Twitter.

Ia pun memberi pernyataan kembali di Telegram.

"Kunjungan pertama ke Jerman sejak awal agresi skala penuh Rusia," kata Zelensky.

"Kami membahas situasi saat ini dan kerja sama intensif antara Jerman dan Ukraina. Jerman akan terus mendukung Ukraina secara politik, militer, dan finansial selama diperlukan," lanjutnya.

"Terima kasih Jerman atas dukungan militer, ekonomi, dan keuangan yang besar dalam menghadapi perang agresi Rusia," tambahnya.

Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz, mengatakan akan mendukung Ukraina selama diperlukan. Bahwa, tegasnya, mereka yang bertanggung jawab atas perang "harus bertanggung jawab".

"Tidak ada kota di dunia yang diizinkan untuk menyerang negara lain, melakukan pembunuhan, dan menjarahnya," katanya.

"Oleh karena itu, kami mendukung mitra kami untuk memastikan bahwa Rusia dimintai pertanggungjawaban atas kejahatannya," tambahnya.

"Dukungan kami tidak hanya kemanusiaan tetapi juga politik, keuangan dan tentunya juga dengan senjata," tegasnya.

Balas Dendam Ukraina Makin Sering

Sementara itu, Zelensky, juga berbicara sol kelanjutan perangnya dengan Rusia. Ia mengancam pemerintahan Putin menyebut akan sering melakukan balas dendam.

Serangan balasan akan difokuskan ke wilayah-wilayah yang dimasuki Rusia. Namun, tegasnya, pihaknya tak akan menyerang ke dalam wilayah Rusia.

"Kami tidak menyerang wilayah Rusia," katanya dimuat CNN International.

"Kami membebaskan tanah kami. Kami tidak tertarik menyerang Rusia. Kami tidak punya waktu untuk itu," tambahnya.

Trump Janji Hentikan Perang Ukraina dalam 24 Jam

Sementara itu di sisi lain, mantan Presiden AS Trump sesumbar akan menghentikan perang Rusia dan Ukraina dalam 24 jam. Ini jika ia terpilih sebagai Presiden AS di 2024.

Dilaporkan TASS dan CNN International akhir pekan, ia menyampaikan hal ini dalam CNN Town Hall yang dimoderatori oleh jurnalis CNN Kaitlan Collins. Program itu digelar menjelang pemilu pendahuluan Partai Republik untuk New Hamphsire.

"Jika saya presiden, saya akan menyelesaikan perang itu dalam satu hari, 24 jam," ucap Trump.

Ia pun membeberkan cara yang akan ia pakai. Trump menjawab dia akan bertemu dengan Putin lalu bertemu Zelensky.

"Pertama, saya akan bertemu dengan Putin, saya akan bertemu dengan Zelensky," ujarnya.

"Keduanya sama-sama memiliki kelemahan dan sama-sama memiliki kekuatan. Dan dalam 24 jam, perang itu akan diselesaikan. Ini akan berakhir. Ini akan benar-benar berakhir," sebutnya.

Trump mengaku ingin semua orang tak menderita akibat perang yang berkelanjutan di Ukraina. Ia mengatakan bank warga Rusia atau Ukraina sekarat karena perang.

"Saya akan menyelesaikannya -- saya akan menyelesaikannya (perang Ukraina) dalam 24 jam. Saya akan menyelesaikannya. Anda membutuhkan wewenang kepresidenan untuk melakukan itu," imbuh Trump.

Erdogan "Terancam" Rusia

Di sisi lain, pemilu presiden kini sedang terjadi di Turki. Namun Rusia kini dibawa dalam masalah internal neleri itu.

Pemerintahan Rusia dituding ikut mengintervensi Pemilu Turki, di mana pihak Kremlin disebut mendukung Erdogan sebagai pertahana Presiden Turki. Tudingan itu sejatinya dikeluarkan oleh rival Erdogan sebagai calon presiden Turki, Kemal Kilicdaroglu.

Kemal Kilicdaroglu menyebutkan bahwa Rusia menyebarkan hoaks menjelang pemilihan umum. Pemilu sendiri hari Minggu waktu setempat mulai digelar di Turki.

Isu itu juga muncul pasca kandidat calon presiden lain, Muharrem Ince, mundur usai menjadi sasaran kampanye kotor online. Beberapa jam setelah itu, Kilicdaroglu pun bersuara.

"Jika Anda menginginkan persahabatan kita tetap terjalin setelah 15 Mei, lepaskan tangan Anda dari Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan," tulis Kilicdaroglu di Twitter menyebut Rusia berada di balik penyusunan, konspirasi, pemalsuan, dan rekaman menyoal insiden tersebut.

Hal ini ditanggapi langsung Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov. Ia menyebutnya berita bohong.

"Kami sangat menentang pernyataan semacam itu. Kami secara resmi menyatakan: tidak ada intervensi apa pun," tegasnya dikutip TASS.

Peskov menyampaikan, jika ada seseorang memberi informasi seperti itu kepada Kilicdaroglu, maka informasi tersebut adalah palsu. Peskov lalu menegaskan Rusia tak mencampuri urusan dalam negeri dan proses pemilu negara lain.

Sebelumnya, Rusia sempat dituduh ikut campur saat AS menggelar pemilu pada 2016 lalu. Ketika itu, Moskow dituding menyebarkan kampanye gelap agar Donald Trump bisa menjadi orang nomor satu di Gedung Putih.

Selama ini, Rusia dan Turki memiliki hubungan yang akrab di bawah kepemimpinan Erdogan. Pemerintah Ankara bahkan mempertahankan kedekatan itu saat perang di Ukraina berkecamuk.

Kedekatan kedua negara ini tercermin saat Erdogan menjadi mediator untuk Moskow dan Kyiv. Turki bahkan pernah menjadi tuan rumah pertemuan Rusia dan Ukraina guna membahas negosiasi damai.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: LA Bak Medan Perang - Putin Beri Syarat Damai