Program Jokowi yang Dikritik Anies Ternyata Bisa Untungkan RI

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 12/05/2023 17:05 WIB
Foto: Presiden Joko Widodo memastikan sirkuit Formula E yang ada di kawasan Ancol, Jakarta Utara, siap untuk digunakan dalam ajang balap mobil listrik pada Juni mendatang. Kepastian tersebut disampaikan Kepala Negara usai meninjau langsung perkembangan proyek pembangunan sirkuit Formula E, Jakarta, pada Senin, 25 April 2022. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Program pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sempat dikritik Calon Presiden Anies Baswedan yakni subsidi pembelian kendaraan listrik, rupanya dinilai bisa mendatangkan keuntungan bagi Indonesia.

Pasalnya, dengan diberikannya subsidi, maka pembelian mobil listrik akan semakin gencar dan bisa menggantikan peran penggunaan kendaraan berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM).

Dengan begitu, penggunaan kendaraan listrik bisa mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang selama ini dipenuhi dari kebutuhan impor.


Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan berbicara mengenai isu kendaraan listrik, bukan hanya terkait dengan hilirisasi mineral di dalam negeri. Namun yang perlu diperhatikan yakni dalam konteks menekan substitusi impor BBM.

"Perlu ada substitusi impor bahan bakar minyak. Hari ini, mungkin sekitar 40% kebutuhan BBM kita harus impor dan produksi minyak kita itu tambah turun setiap tahunnya," ujar Fabby dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia, dikutip Jumat (12/5/2023).

Menurut Fabby, apabila tidak ada upaya untuk mengurangi pertumbuhan konsumsi BBM di dalam negeri. Maka, kemungkinan pada tahun 2030, 60% kebutuhan BBM dalam negeri akan dipenuhi dari impor.

"Ini akan memberikan persoalan yang cukup serius ya dalam arti ada devisa yang keluar, kemudian juga mengancam keamanan pasokan energi kita karena ketergantungan kita," ujarnya.

Oleh sebab itu, Fabby menilai strategi untuk menggenjot penggunaan kendaraan listrik adalah bagian dari strategi dalam mengurangi permintaan dari BBM itu sendiri. Salah satunya yakni dengan menggeser penggunaan teknologi kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik.

"Karena listrik itu bisa diproduksi dari berbagai sumber. Kalau kita hanya menggunakan sumber energi baru, kan kita punya banyak jadi harus dilihat menurut saya konteks ini jadi ada tujuan besar dari pemerintah kenapa kendaraan listrik itu dikembangkan," katanya.

Untuk diketahui, Indonesia tercatat mengimpor hasil minyak atau Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2022 sebesar 25,70 juta ton, meningkat 17% dibandingkan impor BBM pada 2021 yang tercatat sebanyak 21,93 juta ton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor BBM pada 2022 tercatat mencapai US$ 24,07 miliar, melonjak 67% dibandingkan impor pada 2012 yang sebesar US$ 14,39 miliar. Melambungnya harga minyak dan produk minyak pada 2022 ini menjadi salah satu pemicunya.

Pada 2022, harga minyak sempat membubung mencapai puncaknya hingga lebih dari US$ 120 per barel, yakni sempat menembus US$ 127,98 pada 8 Maret 2022 akibat meletusnya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Tingginya harga minyak bertahan setidaknya hingga awal Agustus 2022 di mana harga minyak relatif berada di kisaran US$ 100 per barel. Meski kemudian, trennya menurun namun harga minyak masih berada pada kisaran US$ 80 - US$ 90 per barel.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemnaker Terbitkan Aturan Penyaluran Subsidi Upah Rp 600 Ribu