Bukan Akuisisi Masela, Ahli Sarankan Pertamina Lakukan Ini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
12 May 2023 17:20
Tim PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus melakukan pengeboran sumber minyak Blok Rokan, Riau dalam mencapai target 161 sumur baru periode Agustus hingga Desember 2021.
Foto: Pertamina Hulu Rokan Potong Waktu Pengeboran Lebih Cepat (Foto: ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT (Pertamina) Persero hingga kini masih dalam proses mengakuisisi hak partisipasi atau Participating Interest (PI) Shell di Blok Masela, Maluku, sebesar 35%.

Namun demikian, masuknya perusahaan migas pelat merah ke ladang gas jumbo ini dinilai kurang menguntungkan.

Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo menilai, alih-alih mengakuisisi hak partisipasi Shell yang hanya 35%, lebih baik Pertamina menggencarkan kegiatan eksplorasi yang lebih masif. Mengingat, Indonesia masih menyimpan segudang potensi migas yang cukup menjanjikan.

Hadi sendiri tak merinci seberapa besar uang yang akan digunakan Pertamina untuk proses akuisisi itu. Namun yang jelas dengan uang sebesar itu, ia menyarankan agar Pertamina mengalokasikannya untuk eksplorasi.

"Dengan uang akuisisi sebanyak itu, menurut hemat saya lebih baik dipakai untuk kampanye eksplorasi untuk mencari giant discovery minyak," kata Hadi yang juga mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (12/5/2023).

Adapun kegiatan eksplorasi tersebut guna mendukung program pemerintah dalam mencapai target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan produksi gas 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD) pada 2030 mendatang.

Menurut Hadi, target tersebut tidak akan tercapai jika tidak melakukan pilar eksplorasi yang agresif dan masif.

Selain itu, ia menyebut Pertamina akan dua kali kerja jika tetap ingin masuk ke dalam pengelolaan Blok Masela. Pasalnya, selain harus memastikan dari sisi kelayakan teknis, perusahaan juga harus mengembangkan pembeli gas dengan finalisasi perjanjian jual beli gas dengan pihak pembeli.

"Hanya 35%, tidak punya control dalam voting right. Apalagi konsorsium. Namun berbagi risk itu perlu. Kalau tujuannya untuk mengontrol Masela, sulit juga karena voting right minimal 51% atau lebih," katanya.

Sebelumnya, kemampuan Pertamina untuk menggantikan Shell di proyek Lapangan Abadi Blok Masela sempat diragukan. Pasalnya, jika Pertamina didorong masuk ke proyek gas raksasa ini, Pertamina harus menggelontorkan dana senilai US$ 6 miliar atau Rp 89,16 triliun (kurs Rp 14.864/US$).

Dana tersebut untuk mengakuisisi hak partisipasi (Participating Interest/PI) Shell sebesar 35% di blok jumbo yang saat ini dioperatori oleh perusahaan Jepang Inpex. Shell sejak beberapa tahun lalu mengumumkan akan melepas hak partisipasinya di Blok Masela ini.

Besaran biaya tersebut diungkapkan oleh Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto.

Menurut Sugeng, dengan masuknya Blok Rokan ke tangan Pertamina, perusahaan migas pelat merah ini sebenarnya sudah cukup menanggung beban yang luar biasa. Apalagi jika harus ditambah dengan mengelola Blok Masela.

Sugeng mengatakan masuknya Pertamina ke Blok Masela bisa saja terjadi, namun Pertamina setidaknya harus mengucurkan dana sekitar US$ 6 miliar untuk mengakuisisi PI sebesar 35% Shell. Angka tersebut muncul jika nantinya investasi pengembangan Blok Masela secara keseluruhan memakan biaya US$ 19 miliar.

"35% dari US$ 19 miliar bisa dihitung berapa. Kurang lebih membutuhkan US$ 6 miliar. Sedangkan hari ini untuk Rokan saja Pertamina masih cukup megap-megap dengan working capital dia masih harus melakukan pengeboran dan sebagainya," kata dia ditemui di JCC Senayan, Kamis (28/7/2022).

Dia sebenarnya senang-senang saja jika Blok Masela nantinya bisa dikelola oleh pihak nasional. Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa negara ini harus bersikap realistis.

"Kita masih tetap butuh Foreign Direct Investment (FDI). Maka kita juga menawarkan kepada investor-investor di bidang migas untuk menggantikan posisinya Shell. Karena penting, mereka membawa yang ke sini," ujarnya.

Blok Masela ini diperkirakan memiliki potensi produksi 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Proyek ini dikatakan "raksasa" karena diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar. Pengelola blok ini baik Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa Partner Pertamina di Blok Masela? Ini Kata SKK Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular