
Raja Salman Undang 'Musuh' AS, Washington Tak Sudi Baikan

Jakarta, CNBC Indonesia - Raja Salman dari Arab Saudi mengundang Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk KTT Arab minggu depan di Arab Saudi.
Badan pan-Arab telah menangguhkan Damaskus pada November 2011 atas tindakan kerasnya terhadap protes yang dimulai awal tahun itu dan yang berubah menjadi perang yang telah menewaskan lebih dari 500.000 orang, menelantarkan jutaan orang dan menghancurkan, infrastruktur dan industri negara.
Pada Minggu, Liga Arab menyambut kembali pemerintah Suriah, mengamankan kembalinya Assad ke pangkuan Arab setelah bertahun-tahun terisolasi.
Assad menerima undangan dari Raja Saudi Salman "untuk berpartisipasi dalam KTT Liga Arab ke tiga puluh dua, yang akan diadakan di Jeddah pada 19 Mei", kata kepresidenan Suriah dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Rabu (10/5/2023).
Assad mengatakan KTT itu "akan meningkatkan aksi bersama Arab untuk mencapai aspirasi rakyat Arab".
Duta Besar Arab Saudi untuk Yordania, Nayef bin Bandar al-Sudairi menyampaikan undangan tersebut. KTT Liga Arab terakhir yang dihadiri Assad adalah pada 2010 di Libya.
Undangan tersebut datang sehari setelah Riyadh dan Damaskus mengumumkan bahwa pekerjaan akan dilanjutkan di misi diplomatik masing-masing di Suriah dan Arab Saudi, setelah lebih dari satu dekade hubungan terputus.
Kerajaan memutuskan hubungan dengan pemerintah Assad pada 2012 dan Riyadh telah lama secara terbuka memperjuangkan penggulingan Assad, mendukung pemberontak Suriah pada tahap awal perang.
Pada April, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan bertemu dengan Assad di Damaskus pada kunjungan pertama sejak perang pecah.
Kesibukan aktivitas diplomatik telah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir setelah gempa bumi mematikan melanda Suriah dan Turki dan keputusan musuh bebuyutan Arab Saudi dan Iran, sekutu dekat Damaskus, untuk melanjutkan hubungan mengubah lanskap politik.
Assad berharap normalisasi dengan negara-negara Teluk yang kaya dapat memberikan bantuan ekonomi dan uang untuk rekonstruksi, karena pendanaan internasional yang lebih luas tetap sulit dipahami tanpa penyelesaian politik yang didukung PBB untuk konflik tersebut.
Tetapi analis mengatakan sanksi Barat terhadap Suriah kemungkinan akan terus menghalangi investasi.
Amerika Serikat dan Inggris mengatakan Selasa bahwa mereka masih menentang hubungan dengan Assad tetapi akan bekerja sama dengan negara-negara Arab yang membangun kembali hubungan.
"Posisi kami jelas: Kami tidak akan melakukan normalisasi hubungan dengan Assad dan dengan rezim itu," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken kepada wartawan di Washington.
Sementara garis depan Suriah sebagian besar tenang, sebagian besar wilayah utara tetap berada di luar kendali pemerintah, dan tidak ada solusi politik untuk konflik tersebut.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Salman Undang Musuh AS ke Saudi, Ini Respons Washington
