INTERNASIONAL

Alamak! Kota-Kota Ini Terancam Tenggelam, Ada dari RI

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 10/05/2023 16:10 WIB
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz

Jakarta, CNBC Indonesia - Naiknya permukaan air laut merupakan salah satu efek domino paling parah akibat krisis iklim yang sedang berlangsung saat ini.

Lautan menyerap lebih dari 90% gas rumah kaca yang dipompa ke atmosfer, sehingga ini menyebabkan air laut mengembang. Saat dunia menghangat, gletser dan lapisan es mencair, menambah jumlah air ke lautan dunia.

Akibatnya, kenaikan kecil permukaan laut berpotensi menghancurkan wilayah tertentu. Artinya, jika tindakan tidak diambil, dunia bisa terlihat sangat berbeda hanya dalam waktu beberapa dekade.


Bahkan, efek naiknya permukaan air laut sudah terlihat. Naiknya permukaan laut dapat berkontribusi pada gelombang badai yang lebih dahsyat selama angin topan dan topan yang kuat, banyak di antaranya telah kita lihat di seluruh wilayah pesisir.

Lalu negara dan kota-kota mana yang paling berisiko tenggelam?

Zita Sebesvari, ilmuwan senior di Universitas PBB, Institut untuk Lingkungan dan Keamanan Manusia (UNU-EHS), mengatakan daerah rentan tenggelam termasuk Bangladesh dan Vietnam.

"Delta sungai adalah jenis daerah pantai dataran rendah yang secara khusus berisiko. Delta sering menjadi rumah bagi banyak orang dan merupakan daerah pertanian yang penting karena tanahnya yang subur. Namun, mereka berada di dataran rendah dan rawan banjir serta berisiko terhadap intrusi air asin. Akibatnya, wilayah delta yang paling rentan termasuk Delta Nil, Delta Mekong, Delta Gangga-Brahmaputra, dan Delta Mississippi," kata Sebesvari.

"Banyak kota terbesar di dunia terletak di atau dekat garis pantai, membuat mereka sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Beberapa kota yang paling berisiko termasuk Kota New York, Jakarta, Tokyo, Shanghai, dan Mumbai," tambahnya.

Jakarta dijuluki sebagai kota yang paling cepat tenggelam di dunia oleh laporan BBC pada 2018. Forum Ekonomi Dunia memperkirakan pada tahun 2019 bahwa kota tersebut dapat berada di bawah air pada tahun 2050.

Para ilmuwan juga telah memperkirakan bahwa permukaan laut di sepanjang garis pantai Amerika Serikat (AS) dapat naik hingga satu kaki atau sekitar 30 cm pada tahun 2050. Ini mencakup area di sepanjang Pantai Timur dan Teluk AS.

Panel NYC tentang Perubahan Iklim juga memperkirakan bahwa air di sekitar Kota New York dapat naik antara 8 dan 30 inci pada tahun 2050. Sebagai salah satu kota terpadat di dunia, hal ini dapat menghancurkan.

Kevin Trenberth, sarjana terkemuka di National Center of Atmospheric Research (NCAR) di Boulder, Colorado menyebut California juga berisiko mengalami erosi pantai saat permukaan laut naik.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology pada 2 Mei 2023 menemukan bahwa ratusan lokasi berbahaya di pantai California, termasuk pabrik pengolahan limbah dan fasilitas gas dan minyak, akan banjir lebih sering seiring naiknya permukaan air laut.

Dengan meningkatnya jumlah badai yang terlihat saat krisis iklim memburuk, hal ini dapat menyebabkan bahan kimia berbahaya dari fasilitas ini merembes ke lingkungan.

Efek naiknya permukaan laut sudah mulai terlihat dari peningkatan gelombang badai. Contohnya adalah Badai Sandy, badai tropis dahsyat yang melanda Kota New York pada tanggal 29 Oktober 2012.

Badai tersebut menyebabkan gelombang ke Sungai Timur, yang kemudian menyebabkan banjir setinggi 14 kaki di beberapa daerah. Trenberth menyebut badai Ian juga mengungkapkan masalah di Florida.

Banyak badai, yang diperburuk oleh kenaikan permukaan laut, juga terjadi di Selandia Baru. Trenberth mencatat Badai Gabrielle yang melanda Selandia Baru pada Februari menyebabkan kerusakan yang luar biasa.

Semetara itu, Sebesvari mengatakan bahwa negara pulau kecil di Samudra Pasifik, Hindia, dan Atlantik juga di antara yang paling rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Salah satunya Maladewa yang merupakan kepulauan dari pulau-pulau dataran rendah dengan titik tertinggi hanya beberapa meter di atas permukaan laut.

"Saat permukaan laut naik, pulau-pulau tersebut berisiko mengalami banjir besar dan bahkan sebagian dapat terendam. Negara-negara Kepulauan Pasifik, seperti Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall, berada di dataran rendah dan menghadapi risiko yang sama juga. Permukaan laut kebangkitan dapat menggusur penduduk, membahayakan ekonomi negara-negara ini, dan mengancam hilangnya budaya dan tradisi unik mereka," katanya.

Maladewa adalah negara paling datar di dunia. Persatuan Ilmuwan Peduli sebelumnya meramalkan bahwa Maladewa akan mengalami kenaikan permukaan laut setinggi 1,5 kaki dan akibatnya, kehilangan 77% daratannya pada tahun 2100.

"Secara keseluruhan, naiknya permukaan laut menimbulkan ancaman yang signifikan bagi banyak negara dan wilayah di seluruh dunia, dengan konsekuensi yang berpotensi merusak bagi masyarakat dan ekonomi," tukas Sebesvari.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BPS Sebut Kemiskinan Ekstrem RI Turun Jadi 2,38 Juta Jiwa