Tiba-tiba Anies Baca Buku Krisis Utang, RI Dalam Masalah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu lalu jagat maya ramai dengan postingan bakal calon presiden untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Rasyid Baswedan.
Mantan gubernur DKI Jakarta tersebut mengunggah sebuah foto saat dirinya sedang bersantai sambil membaca buku berjudul "Principles for Navigating Big Debt Crises" di akun Instagram resminya, Rabu (26/4/2023).
Anies pun turut membubuhkan caption foto yang bertentangan dengan judul buku tersebut, tetapi masih mengambarkan dirinya yang tengah bersantai.
"Matahari yang terang itu, kini mulai meredup terbenam. Teduh, semilir dan tenang untuk membaca dan bersiap. Sebelum esok menyambut hari yang baru dan lebih baik."
"Bagi yang telah mengakhiri masa liburan, selamat bersiap kembali bekerja dan berkarya esok hari."
CNBC Indonesia pun menelusuri buku yang dibaca Anies. Buku berjudul "Principles for Navigating Big Debt Crises" ternyata merupakan karya Ray Dalio dan diterbitkan tahun 2018. Dalio merupakan salah satu investor dan pengusaha paling sukses.
Dikutip dari CFA Institute, Dalio mengungkapkan bahwa krisis utang besar terjadi ketika skala utang mencapai tingkat di mana pemotongan suku bunga saja tidak cukup untuk mencegah depresi.
Adapun, buku Dalio "Principles for Navigating Big Debt Crises" ini menyediakan kerangka kerja untuk memahami mekanisme krisis tersebut dan menetapkan enam tahapan mulai dari benih krisis hingga penyelesaiannya.
Dalam bukunya, dia berargumen jika pembuat kebijakan memiliki empat pengungkit untuk menurunkan utang dan biaya pembayaran utang, yaitu penghematan, gagal bayar dan restrukturisasi utang, percetakan uang oleh bank sentral, dan transfer uang dari mereka yang memiliki lebih banyak kepada mereka yang memiliki lebih sedikit.
Buku tersebut disusun menjadi tiga bagian. Pelajaran utama ada di bagian satu, yang terdiri dari 64 halaman tentang "pola dasar siklus utang besar". Sementara itu, bagian dua memberikan analisis rinci dari tiga krisis besar untuk mengilustrasikan kerangka kerja Dalio: hiperinflasi Jerman, Depresi Hebat, dan krisis keuangan global baru-baru ini. Bagian tiga memberikan gambaran singkat dari semua 48 episode.
Entah apa maksud Anies menampilkan buku ini. Namun, masalah utang telah menjadi momok di banyak negara. Pasalnya, utang di banyak negara tersebut - termasuk di Indonesia - mengalami kenaikan secara signifikan selama pandemi berlangsung.
Sebagai gambaran, lonjakan tertinggi utang Indonesia terjadi di akhir 2020. Kemenkeu mencatat posisi utang Indonesia hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp6.074,56 triliun. Jumlah ini naik Rp1.296,56 triliun dibandingkan posisi pada akhir 2019 sebesar Rp4.778 triliun.
Kemudian, pada akhir 2021, utang pemerintah tercatat sebesar Rp6.908,87 triliun, dengan rasio utang 41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hingga 31 Maret 2023, Kemenkeu mencatat utang RI tembus Rp 7.879,97 triliun atau meningkat Rp 17,39 triliun dari posisi utang pada bulan sebelumnya yang mencapai Rp 7.861,68 triliun. Adapun rasio utang pemerintah, hingga 31 Maret 2023 mencapai 39,17% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Rasio itu naik jika dibandingkan dengan rasio pada Februari 2-23 yang mencapai 29,09%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi kenaikan ini. Dia menegaskan bahwa penarikan utang pemerintah dilakukan secara hati-hati dengan tetap melihat dan menjaga kondisi pasar dan kas pemerintah.
"Pengadaan utang tetap menggunakan prinsip kehati-hatian dengan kondisi pasar dan kas pemerintah yang saat ini cukup tinggi," tegasnya dalam konferensi pers KSSK II, Senin kemarin (8/5/2023).
Dia pun memastikan bahwa pengelolaan APBN juga dilakukan dengan baik. Dia menambahkan bahwa APBN juga akan terus bekerja secara optimal untuk meredam gejolak global.
"APBN tetap dikelola dengan hati-hati dan konservatif, dengan memberikan ruang bagi shock absorber kinerja APBN sesuai target," ujarnya.
(haa/haa)