
Bak Roro Jonggrang, Pabrik Raksasa RI Ini Diminta 4%/Bulan

Gresik, CNBC Indonesia - Indonesia dipastikan akan memiliki pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga raksasa pada tahun 2024. Untuk mengejar target realisasi pada Mei 2024, pemerintah meminta progres pembangunan smelter single line terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur ini mencapai 4% dalam sebulannya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sampai pada Maret 2023, progres pembangunan smelter sudah mencapai 61,5% . Dalam kunjungannya, Menteri ESDM Arifin Tasrif bilang, target perkembangan pembangunan smelter pada bulan April 2023 hingga 66%.
"Terakhir Maret (progres) 61%, kemudian April diperkirakan 65% hingga 66%. Dalam proyek ini berupaya keras untuk bisa mendapatkan kecepatan 4% per bulan," jelasnya saat kunjungan Arifin ke Smelter Gresik, dikutip Jumat (5/5/2023).
Arifin memprediksi bahwa target progres pembangunan smelter dengan penambahan kecepatan sampai dengan akhir tahun 2023 sebesar 92%. Adapun, sampai Maret 2023 progres pembangunan smelter tersebut sudah menghabiskan biaya sebesar US$ 1,95 miliar atau sebesar Rp 28,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.690 per US$).
"Nanti itu dilihat realisasinya akhir tahun (progres) 92%. Jadi spending sudah US$ 1,9 miliar," tambahnya.
Sedangkan, untuk target selesai masa konstruksi, Arifin menyebutkan nantinya pembangunan smelter tersebut akan selesai pada Mei 2024. Hal ini juga merupakan tantangan yang dihadapi oleh Freeport untuk bisa mengakselerasi proyek pembangunan smelter tersebut sehingga bisa dipercepat di tahun 2024.
"Kita memang minta supaya bisa diselesaikan di bulan Mei 2024, jadi dari Freeport Indonesia, Pak Tony, menjadi tantangan buat Freeport. Freeport melakukan adjustment supaya bisa accelerate proyek (selesai) 2024," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memberikan izin relaksasi ekspor konsentrat tembaga menyusul kebijakan larangan ekspor mineral mentah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), ekspor mineral mentah, termasuk konsentrat, dilarang mulai 10 Juni 2023 mendatang.
Namun, karena adanya pandemi Covid-19, maka pemerintah menilai ada unsur pertimbangan keadaan kahar atau force majeure bagi PT Freeport Indonesia, yang berdampak pada tertundanya pembangunan smelter terbarunya ini. Dengan demikian, pemerintah mengizinkan Freeport untuk melanjutkan ekspor konsentrat tembaga hingga Mei 2024, sesuai jadwal smelter barunya ini beroperasi.
Arifin mengatakan, salah satu pertimbangan pemerintah mengizinkan kelanjutan ekspor konsentrat tembaga Freeport karena adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada waktu pembangunan smelter Freeport menjadi tertunda.
"Kita consider itu karena ada pandemi. Juni, nah ini kita sedang ya.. kalau nggak boleh ekspor gimana? Udah, boleh," ungkapnya saat ditanya jadi keputusannya boleh diizinkan ekspor setelah Juni atau tidak, di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (28/04/2023).
Oleh karena itu, izin ekspor juga akan diberikan hingga smelter baru tersebut beroperasi.
Namun demikian, dia menyebut, pemberian izin ekspor konsentrat tembaga kepada PT Freeport Indonesia ini bukan tanpa syarat. Dia mengungkapkan, Freeport tetap akan diizinkan ekspor namun dengan membayar kompensasi, seperti denda.
"(Izin ekspor diberikan sampai) Mei 2024 iya dengan catatan. Ada hal-hal administratif yang kita sedang siapkan. Administrasi istilahnya, mirip-mirip denda," ungkap Arifin saat ditanya apakah akan ada denda yang harus dipenuhi jika Freeport menerima izin ekspor konsentrat tembaga setelah Juni 2023, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/4/2023).
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow, Freeport Bakal Kuasai Saham PT Smelting Gresik
