
7 Fakta Baru Perang Rusia-Ukraina, Eropa Mau Damai ke Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki hari ke-434, perang Rusia di Ukraina belum juga usai. Dalam update terbarunya, Ukraina semakin memperkuat pasukannya dengan latihan militer.
Prajurit Ukraina ambil bagian dalam latihan militer di dekat Kharkiv. Latihan ini dilakukan agar Ukraina semakin bersiap menghadapi kemungkinan serangan pasukan Rusia pada musim semi.
Rusia sendiri diusir dari sebagian besar wilayah Kharkiv pada September 2022, ketika Ukraina melancarkan serangan balasan yang mengejutkan, mengutip laporan Associated Press (AP). Namun ada fakta baru yang mengejutkan di mana banian negara Eropa hendak berdamai dengan Presiden Vladimir Putin.
Berikut update terbaru perang antara kedua negara tetangga tersebut, sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Rabu (3/5/2023).
1. "Bom" Baru Ukraina untuk Rusia
Ukraina mempersiapkan "bom" baru untuk Rusia. Bukan arti bom sebenarnya melainkan paket sanksi besar untuk Rusia.
"Kami memantau dengan cermat bagaimana negara teroris mencoba untuk menghindari sanksi, mencatat setiap arahan tersebut, dan bekerja sama dengan mitra kami untuk memblokirnya," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merujuk pada mengutip CNBC International.
"Kami sedang menyiapkan paket sanksi besar. Keputusan akan segera dibuat," tegasnya tanpa menambahkan rincian tambahan.
2. Ukraina Segera Masuk NATO?
Sementara itu, Ukraina kembali monegasken keinginan mask NATO. kepala kantor kepresidenan Andriy Yermak, menegaskan kembali seruan itu di tengah mulai lelahnya bangsa itu dengan perang.
"Orang-orang Ukraina telah membuat keputusan: Kami ingin berada di NATO," kata Yermak.
"Penerimaan Kyiv dalam aliansi militer paling kuat di dunia akan mempercepat akhir perang dan menjamin perdamaian di Eropa," ujarnya lagi dikutip CNBC International.
"Selama invasi Rusia skala penuh, Ukraina membuktikan bahwa ia mampu mempertahankan diri dan, oleh karena itu, dapat membantu melindungi anggota NATO lainnya," tambahnya.
Sejak September, tujuh bulan setelah pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina, Zelensky melamar keanggotaan NATO melalui "jalur cepat". Semua 31 sekutu NATO harus menyetujui keanggotaan Ukraina.
3. PBB: 8.700 Orang Tewas
PBB telah mengkonfirmasi lebih dari 8.709 kematian warga sipil dan 14.666 cedera di Ukraina sejak Rusia menginvasi tetangga bekas Sovietnya lebih dari setahun yang lalu. Namun, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan jumlah korban tewas di Ukraina kemungkinan lebih tinggi dari jumlah yang dikonfirmasi karena konflik bersenjata dapat menunda laporan kematian.
Organisasi internasional tersebut mengatakan sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak yang luas. termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncuran roket ganda, serta rudal dan serangan udara.
4. Rusia Tingkatkan Produksi Senjata
Rusia meningkatkan produksi senjata. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pada Selasa (bahwa meningkatkan produksi senjata negara diperlukan karena perang dengan Ukraina masih berlangsung.
Berbicara kepada pejabat militer senior lainnya, Shoigu dilaporkan mencatat bahwa senjata baru yang diproduksi oleh Perusahaan Rudal Taktis (sebuah perusahaan pertahanan milik negara yang memproduksi semua jenis rudal dan sistem rudal) telah diluncurkan. Tetapi dibutuhkan lebih banyak lagi.
"Untuk beberapa jenis senjata terbaru, perusahaan beralih ke produksi massal, menyelesaikan semua tahap pengembangan dalam waktu singkat," kata Shoigu, menurut kantor berita Rusia Tass.
Dia mencatat bahwa sementara, secara keseluruhan, perusahaan memenuhi perintah pertahanan negara tepat waktu, perlu menggandakan volume produksi senjata presisi tinggi dalam waktu sesingkat mungkin. Dia mencatat bahwa kompleks industri militer Rusia sudah menyediakan untuk kebutuhan tentara dan angkatan laut, mengklaim bahwa senjata yang diproduksi dan dibeli meningkat dari tahun lalu.
Menteri itu juga mengklaim bahwa Ukraina telah kehilangan lebih dari 15.000 tentara, 430 kendaraan lapis baja, 277 drone, dan delapan pesawat. Semua data merupakan fakta terbaru di bulan April saja.
5. Titah Baru Putin ke Investor "Musuh"
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa memerintahkan pemerintahnya untuk mengklarifikasi prosedur bagaimana perusahaan Rusia dapat melakukan pembayaran dividen kepada pemegang saham dari negara-negara tidak bersahabat. Rusia menganggap semua negara yang terkena sanksi atas kampanye militernya di Ukraina sebagai "tidak ramah".
Putin telah membalas mereka yang tak ramah dengan paket kontra-sanksi dan kontrol modalnya sendiri yang membatasi kemampuan perusahaan serta investor dari negara-negara tersebut untuk mentransfer keuntungan atau dividen.
Kremlin mengatakan proposal pembayaran dividen harus mencakup persyaratan bahwa penduduk memperluas produksi mereka di Rusia, mengembangkan bisnis berdasarkan teknologi baru, dan berinvestasi dalam ekonomi Rusia.
"Putin meminta pemerintah untuk mengajukan proposal sebelum 20 Mei," kata sebuah dokumen yang diterbitkan oleh Kremlin, sebagaimana dikutip Reuters.
6. Desakan ke China
Amerika Serikat (AS), meminta pemerintah Xi Jinping Leih Kerns ke Rusia. Duta Besar AS untuk China Nicholas Burns mengatakan mendesak China mendorong Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina.
"China memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rusia, hubungan yang mendukung dengan Rusia," katanya.
"Tentu saja, kami ingin melihat China lebih keras kepala dalam sarannya kepada Rusia, dan kami ingin melihat tindakan untuk mengakhiri perang secepat mungkin dalam hal, tentu saja, bahwa pemerintah Ukraina dapat menerimanya," tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa AS telah memperingatkan China untuk tidak memberikan bantuan militer yang mematikan ke Rusia, dan para pejabat tidak melihat bukti bahwa China melakukannya.
7. Separuh Eropa Ingin Damai ke Putin
Sementara itu, dalam pemberitaan terbaru Russia Today (RT), separuh Eropa dilaporkan ingin berdamai lagi dengan Rusia. Hal ini dikatakan Wakil Perdana Menteri Polandia Piotr Glinski.
Ia menyebut, ada fakta bahwa sejumlah negara-negara Uni Eropa (UE) ingin kembali membina hubungan dengan Rusia, seperti sebelum perang terjadi. Ia mengecam harapan untuk memperbaiki hubungan dengan Moskow itu, termasuk di negaranya.
"Sayangnya, ancaman kembalinya hubungan ini masih ada," katanya berbicara di outlet berita Kurier Lubelski.
"Lawan politik pemerintah (Polandia) serta pemilih mereka adalah sandera kelompok kepentingan yang hanya berpikir untuk mengakhiri perang di Ukraina sesegera mungkin dan terus menjadi klien Rusia dan berbisnis dengannya," ujarnya lagi.
"Setengah dari Eropa juga seperti itu,"jelasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Serang Ukraina Besar-besaran! Tembak 81 Rudal, 8 Drone