
Ada Fenomena Pabrik Pakaian di RI 'Berdarah-Darah'

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Tanah Air diprediksi masih dalam tren pesimistis. Kondisi ini telah berlangsung sejak pertengahan tahun 2022.
Sebelumnya, sektor TPT nasional jadi industri yang paling banyak melaporkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan merumahkan ribuan pekerja. Akibat anjloknya ekspor TPT sejak akhir tahun 2022.
Tren negatif ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari pelemahan rupiah yang menekan daya beli, tekanan akibat serbuan produk tekstil dan baju impor murah dan ilegal, hingga masih melemahnya permintaan di pasar ekspor akibat perlambatan ekonomi global.
Demikian analisis Departemen Pertanian AS (USDA) dikutip dari laporan terbaru edisi April 2023, yang memuat proyeksi konsumsi dan produksi tahunan kapas di Indonesia.
"Impor kapas Indonesia diprediksi bakal tak berubah tahun ini, yakni sekitar 2 juta bal. Dengan asumsi industri benang masih akan menghabiskan inventaris atau stok yang ada sebelum membeli yang baru," seperti dikutip Rabu (3/5/2023).
Impor tahun 2022 diprediksi turun jadi 2 juta bal dari sebelumnya 2,57 juta bal pada tahun 2021.
"Dengan demikian, stok akhir tahun 2022 meningkat menjadi 547.000 bal. Stok akhir tahun 2023 diperkirakan turun menjadi 539.000 bal," tulis laporan tersebut.
Laporan itu menyebutkan, pelonggaran aktivitas akibat pandemi Covid-19 telah memicu inflasi tinggi dan resesi ekonomi di negara-negara tujuan ekspor tekstil.
Di sisi lain, BPS melaporkan, pertumbuhan industri TPT nasional sebesar 9,34% tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya tahun 2022. Pasalnya, pertumbuhan itu dibandingkan kondisi tahun 2021, di mana industri belum tumbuh maksimal.
Di mana, laporan USDA mengutip BPS, ekspor tekstil nasional tahun 2022 anjlok 17% secara tahunan menjadi 1,5 juta ton dibandingkan tahun 2021.
Sementara itu, industri tekstil nasional juga disebutkan menghadapi tekanan akibat kebijakan pengupahan. Meski, pemerintah kemudian memberlakukan kebijakan yang mengizinkan pabrik berorientasi ekspor ke AS dan Eropa bisa memangkas upah buruhnya hingga 25%.
"Ditambah, umur mesin yang sudah tua, sekitar 15 tahun, menambah tekanan bagi daya saing industri tekstil Indonesia," dikutip dari laporan yang terbit 5 April itu.
Karena itu, diproyeksikan, konsumsi kapas nasional tahun 2022 bakal anjlok 26,9% jadi 1,9 juta bal dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 2,6 juta bal.
Dan, dengan asumsi ada perbaikan di tengah upaya menekan impor ilegal, konsumsi kapas tahun 2023 diprediksi naik 5% jadi 2 juta bal.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pabrik Tekstil Megap-megap & PHK Massal, Ini Biang Keroknya