
Maskapai India Go First Ajukan Kebangkrutan, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan India, Go First, mengajukan kebangkrutan pada Selasa (2/5/2023). Mereka menyalahkan mesin Pratt & Whitney yang rusak sebagai alasan untuk mengandangkan sekitar setengah armadanya.
Langkah tersebut menandai keruntuhan maskapai besar pertama di India sejak Jet Airways mengajukan kebangkrutan pada 2019. Kasus ini juga menggarisbawahi persaingan sengit di sektor yang didominasi oleh IndiGo dan penggabungan Air India dan Vistara belum lama ini.
"Total utang Go First kepada kreditor keuangan adalah 65,21 miliar rupee pada 28 April," kata perusahaan dalam pengajuan kebangkrutan ke Pengadilan Hukum Perusahaan Nasional, dikutip Reuters.
Perusahaan tidak menunggak salah satu dari iuran tersebut pada 30 April, tetapi telah menunggak pembayaran kepada kreditur operasional, termasuk 12,02 miliar rupee kepada vendor dan 26,60 miliar rupee kepada penyewa pesawat.
Dalam sebuah pernyataan, Go First mengatakan pengajuannya mengikuti penolakan oleh Pratt & Whitney, pemasok mesin eksklusif untuk armada pesawat Airbus A320neo maskapai, untuk mematuhi perintah arbitrase agar melepaskan mesin sewaan cadangan yang akan memungkinkan maskapai kembali ke operasi penuh.
Maskapai itu menyatakan pesawat yang dikandangkan "karena kerusakan mesin Pratt & Whitney" melonjak dari 7% armadanya pada Desember 2019 menjadi 50% pada Desember 2022. Hal ini menelan biaya 108 miliar rupee dalam bentuk kehilangan pendapatan dan biaya tambahan.
Pratt & Whitney mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka terus berkomitmen untuk kesuksesan pelanggan maskapai dan terus memprioritaskan jadwal pengiriman untuk semua pelanggan."
"P&W mematuhi putusan arbitrase Maret 2023 terkait Go First. Karena ini sekarang masalah litigasi, kami tidak akan berkomentar lebih lanjut," tambahnya.
Pada Februari, bos Raytheon Technologies, yang memiliki Pratt & Whitney, mengakui bahwa mesin GTF-nya memiliki masalah keandalan.
Pratt & Whitney juga telah dikutip di media India yang mengatakan bahwa hal itu dipengaruhi oleh tekanan rantai pasokan di seluruh industri. Mereka juga mengharapkan tekanan tersebut berkurang akhir tahun ini, sehingga mendukung peningkatan produksi mesin baru dan perombakan mesin lama.
Go First, dimiliki oleh Grup Wadia dan sebelumnya dikenal sebagai GoAir, mengatakan di situsnya bahwa pihaknya telah membatalkan penerbangan yang dijadwalkan pada 3 Mei hingga 5 Mei karena alasan operasional.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kacau! Maskapai Ini Tinggalkan 50 Penumpang di Bus Bandara