Internasional

Israel Makin Chaos! Pemerintahan Netanyahu di Ujung Tanduk?

luc, CNBC Indonesia
23 April 2023 11:45
Warga Israel kembali melakukan demonstrasi di ibu kota negara itu, Tel Aviv, sejak Sabtu (15/4). (AFP via Getty Images/JACK GUEZ)
Foto: (AFP via Getty Images/JACK GUEZ)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang protes di Israel akibat rencana reformasi yudisial tak kunjung surut. Kondisi jalanan kian memanas.

Puluhan ribu warga Israel bergabung dalam demonstrasi pada Sabtu (23/4/2023), menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperketat kontrol di Mahkamah Agung. Hal itu dilakukan menjelang hari kemerdekaan Israel yang menandai 75 tahun berdirinya negara Yahudi tersebut.

Rencana itu sejatinya sempat dihentikan sementara pada bulan lalu karena gelombang pemogokan dan demonstrasi yang besar. Namun, protes terbaru kembali muncul ketika orang Israel akan memperingati hari kemerdekaan Israel sekaligus memperingati mereka yang tewas dalam perang Israel dan serangan teror.

"Ayah saya tewas dalam Perang Yom Kippur," kata fotografer berusia 53 tahun, Miri Pinchuk, kepada Reuters. "Dia memberikan hidupnya untuk negara ini, karena dia juga dibesarkan dengan keyakinan bahwa ini akan menjadi demokrasi."

Adapun proposal pemerintah tersebut akan memberi eksekutif kontrol yang efektif atas penunjukan hakim Mahkamah Agung dan memungkinkan parlemen untuk mengesampingkan banyak keputusan pengadilan. Hal ini telah menyebabkan salah satu krisis domestik terbesar dalam sejarah Israel baru-baru ini.

Pemerintah menuduh hakim aktivis makin merebut peran parlemen, dan mengatakan perombakan diperlukan untuk memulihkan keseimbangan antara peradilan dan politisi terpilih.

Kritikus mengatakan itu akan menghilangkan pemeriksaan dan keseimbangan vital yang menopang negara demokratis dan menyerahkan kekuasaan yang tidak terkendali kepada pemerintah.

"Ada kalimat dari Alkitab, dari ratapan Daud, mengatakan 'Bagaimana pahlawan jatuh'. Dan sebenarnya, pertanyaannya sekarang beralih ke 'Bagaimana pahlawan jatuh?', menjadi 'Untuk apa?'," tutur seorang pengacara, David Gilat, kepada Reuters.

Sebuah jajak pendapat yang dirilis oleh penyiar publik Israel pada Jumat menemukan rencana tersebut sangat tidak populer, dengan 53% mengatakan mereka yakin rencana tersebut akan merugikan negara. Selain itu, 60% orang Israel mengatakan bahwa pemerintah tidak mewakili mereka dan 48% percaya bahwa situasi di negara tersebut akan terus memburuk.

Di pusat Tel Aviv, selama 16 minggu berturut-turut, massa berkumpul untuk menentang rencana yang mereka lihat sebagai ancaman eksistensial terhadap demokrasi Israel. Mereka mengibarkan bendera biru-putih Israel yang telah menjadi ciri khas protes selama tiga bulan terakhir.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Netanyahu Dilaporkan Hentikan Rencana Reformasi Peradilan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular