International

Ini Kiamat Baru yang Ancam Malaysia, Buat Pemerintah "Teriak"

Thea Arbar, CNBC Indonesia
19 April 2023 11:10
MAGETAN, INDONESIA - APRIL 02: Students clean themself before perform praying at the Islamic boarding school Al-Fatah Temboro during the holy month of Ramadan on April 02, 2023 in Magetan, East Java, Indonesia. Al-Fatah Islamic Boarding School was founded in 1950 by KH. Kholid Umar, also known as Kyai Mahmud. Islamic boarding schools in Indonesia have around 22,000 students, including those from neighbouring countries in Southeast Asia, such as Malaysia, Brunei and Thailand. The Al-Falah boarding school occupies a 50-hectare site in Temboro Village, Karas District, Magetan, East Java. It is the largest center for developing the ideology of the Tablighi Jamaat in Southeast Asia. The main goal of the Al-Fatah Islamic Boarding School is to learn about the Prophet, produce religious experts, spread Islam to all walks of life, improve oneself and uphold the da'wah journey of Allah's Apostle. The school's magnitude of the influence of religion on the lives of residents in Temboro has made this area known as the 'Village of Medina'. Students at the Pesantren, also known as
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia kini kembali dihantui krisis yang bisa jadi 'kiamat' negara tersebut. Bukan tentang Covid-19 atau panasnya politik tapi terkait hajat hidup orang banyak di negeri itu.

'Kiamat' tersebut dimulai dengan pemerintah Malaysia yang akan memberlakukan pembatasan penggunaan air untuk keperluan yang tidak penting. Warga juga dilarang banyak menyiram rumput dan tanaman di pekarangan rumah.

Kebijakan tersebut akan dilakukan lantaran Negeri Jiran disebut bakal menghadapi cuaca kering dan lebih panas di bulan-bulan mendatang. Kementerian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Malaysia menyebut ini akibat fenomena El Nino, yang datang April hingga September.

"Pada musim kemarau, ketersediaan air menjadi masalah kritis," kata kementerian itu, dilansir dari Straits Times, dikutip Rabu (19/4/2023).

"Dengan penurunan muka air dari sungai dan keringnya bendungan, mengurangi tingkat air baku yang dapat diolah," tegasnya.

Pembatasan penggunaan air ini juga diatur dengan Undang-Undang Industri Layanan Air. Ada pula pendukung UU yakni perintah dari menteri.

"Kementerian melalui Komisi Pelayanan Air Nasional (SPAN) akan memantau ketinggian air di sungai dan bendungan yang memasok air baku ke instalasi pengolahan air," tambah kementerian lagi.

"Rencana Tanggap Darurat akan diaktifkan jika permukaan air sungai dan bendungan menjadi terlalu rendah," katanya.

Aturan ini tak hanya berlaku untuk warga. Tapi juga industri dan pusat komersial.

"Masyarakat didorong untuk menghemat air dalam penggunaan sehari-hari sementara pengguna industri dan komersial dapat menghemat dengan menggunakan air alternatif untuk operasi yang tidak dapat diminum," kata kementerian lagi.

"Operator air akan diarahkan untuk meningkatkan efisiensinya dengan segera memperbaiki pipa yang bocor untuk mencegah pemborosan," tambah kementerian.

Sebelumnya, pemerintah Penang telah meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk melakukan penyemaian awan di daerah tangkapan air negara bagian karena ketinggian air di dua bendungan utama, Air Itam dan Teluk Bahang, telah turun secara signifikan. Perlu diketahui, di 2020, kebutuhan air warga Malaysia cukup tinggi yakni 219 liter per hari, jauh dibanding standar nasional 160 liter per hari.


(tfa/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid "Gila" Lagi di Malaysia! Naik 87,5%, Warga Pakai Masker

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular