Kerusuhan Mei 1998: Cerita Prabowo Jadi Tukang Pijat Gus Dur

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan Mei 1998, kondisi ekonomi yang terus memburuk telah mengganggu stabilitas politik.
Dari akar rumput, mahasiswa dan masyarakat melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut perbaikan ekonomi dan politik. Sedangkan, di tingkat elite oposisi, mereka juga pusing mencari cara melengserkan Presiden Soeharto yang sangat bebal.
Pejabat pemerintah juga demikian. Mereka pusing mencari resep yang pas untuk mengatasi situasi. Tak lupa juga aparat keamanan yang hampir setiap hari melakukan pengamanan terhadap situasi keamanan nasional.
Salah satu tokoh sentral yang bertanggungjawab atas keamanan nasional saat itu adalah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto. Prabowo baru menjabat Pangkostrad pada Maret 1998. Sebelumnya menantu Presiden Soeharto itu lama bertugas di korps baret merah, Kopassus, hingga menduduki posisi tertinggi sebagai Komandan Jenderal (Danjen) berpangkat bintang dua.
Sebagaimana dipaparkan Femi Adi Soempeno dalam Prabowo: Dari Cijantung Bergerak ke Istana (2009), sebagai Pangkostrad yang memiliki posisi penting dan strategis dalam militer, Prabowo turut serta mengatur keamanan berdasarkan garis komando. Dia wara-wiri ke seantero Jakarta, berkoordinasi dengan atasannya, Panglima ABRI Jenderal Wiranto, dan banyak pihak di bawahnya.
Namun, ada satu kisah yang jarang dibahas dari Prabowo saat menjabat sebagai Pangkostrad.
Cerita bermula pada 14 Mei 1998. Hari itu kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang terjadi sejak sehari sebelumnya tak kunjung usai. Harian Kompas (15 Mei 1998 dan 17 Mei 1998) menyebut Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi lumpuh karena aksi-aksi itu. Asap hitam tebal membumbung tinggi di seluruh kota. Parahnya lagi, kebakaran itu tidak hanya menyasar bangunan, tetapi juga manusia di dalamnya. Dalam kasus itu, aparat keamanan dinilai gagal mengatasi emosi rakyat.
Prabowo melihat jelas kekacauan di siang hari dari helikopter bersama Pangdam Jayakarta, Mayor Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin.
"Prabowo bertemu Sjafrie di Markas Garnisun, kemudian diajak terbang dengan helikopter dan menyaksikan berbagai aksi pembakaran sudah terjadi," tulis Femi Adi Soempeno (2009: 138).
Setelah mendarat, Prabowo disebut sibuk bertemu banyak orang hingga malam hari, mulai dari rekannya di militer dan tokoh masyarakat lintas sektor. Semuanya dilakukan untuk mengendalikan situasi.
Meski begitu, saat kerusuhan terjadi ada rumor kuat bahwa Prabowo-lah yang mendalangi kerusuhan tersebut. Rumor tak berdasar itu membuat Prabowo gusar. Kegusaran itulah yang membuat jenderal bintang tiga itu menemui Gus Dur saat tengah malam.
"Prabowo kemudian bergegas menuju kediaman Gus Dur di Ciganjur untuk melakukan silaturahmi," tulis Femi.
Di sinilah, Prabowo melakukan pembicaraan khusus bersama tokoh NU yang juga lantang terhadap kekuasaan Presiden Soeharto itu. Kisah ini lebih lanjut tertuang dalam tulisan Greg Barton berjudul Abdurrahman Wahid: Muslim Democrat, Indonesian President (2022:239).
Barton menceritakan bahwa Prabowo datang bersama konvoi kendaraan militer ke Ciganjur tepat tengah malam, di 15 Mei pukul 02.00. Di sana anak Sumitro Djojohadikusumo itu langsung dipersilakan masuk ke kamar Gus Dur yang kebetulan tengah tertidur lelap.
"Prabowo berlutut di ujung tempat tidur dan memijat-mijat kaki Gus Dur," tulis Barton. Dan tak lama, "Gus Dur pun bangun dan Prabowo segera menangis putus asa untuk meyakinkan bahwa dia adalah korban fitnah. Dia menegaskan bahwa tidak terlibat dalam kekerasan meski cerita tersebut memojokkan dirinya dan beredar di kota."
Kemudian, Gus Dur memberi tanggapan khas dirinya.
"Itulah yang terjadi ketika orang tidak bisa mengendalikan diri," ujar Gus Dur kepada Prabowo.
Prabowo tak puas mendengar ucapan itu dan bergegas pulang. Menurut Greg Barton, "orang" yang dimaksud Gus Dur itu sangat rancu. Sebab, bisa menyasar aktor kerusuhan atau Prabowo itu sendiri.
"Prabowo datang ke Ciganjur berharap mendapat simpati dari Gus Dur. Namun, kenyataannya dia pergi tanpa ada jaminan seperti itu," tulis Greg Barton. Akibatnya, hari-hari setelahnya tuduhan dalang kerusuhan terus menghantui Prabowo.
Benar atau tidaknya cerita antara Gus Dur dan Prabowo itu, satu hal yang pasti Prabowo memang pernah berujar bahwa dia pernah memijat Gus Dur.
"Beliau juga merupakan sahabat dan saya adalah tukang pijat beliau (Gus Dur)," ucap Prabowo saat ziarah ke makam Gus Dur pada 4 Mei 2022, dikutip Kompas (14/5/2023)
Namun, kisah Prabowo menangis putus asa dan berharap bantuan Gus Dur atas rumor dalang kerusuhan tidak pernah terkonfirmasi langsung.
Sampai sekarang pun rumor dalang kerusuhan 13-15 Mei 1998 masih gelap. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta menyebut kerusuhan terjadi karena banyak pihak yang terlibat, mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya keterlibatan sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang di luar kendali dalam kerusuhan.
Hari-hari genting sampai akhir bulan Mei itu menjadi batu sandungan bagi Prabowo. Sehari setelah mertuanya lengser, dia diberhentikan sebagai Pangkostrad oleh Presiden B.J Habibie.
"Saya beri perintah untuk segera mengganti Pangkostrad," ujar Habibie usai menerima laporan pergerakan pasukan Kostrad di Kuningan dan Istana Negara, dikutip dari Detik-Detik yang Menentukan (2006).
Prabowo kemudian diganti dan diberi jabatan sebagai Komandan Sekolah Staf Komando Angkatan Darat. Jabatan itu adalah yang terakhir di militer bagi Prabowo.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 25 Tahun Krisis: Hari Ini Kenaikan Harga BBM Ditolak DPR
