Internasional

Update Kudeta Berdarah Sudan: Bentrokan Menggila, 97 Tewas

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 April 2023 14:00
Upaya kudeta terjadi di Sudan. Pihak paramiliter Rapid Support Forces (RSF) mengklaim telah menguasai istana kepresidenan dan bandara Khartoum. (AP/Samir Bol)
Foto: Upaya kudeta terjadi di Sudan. Pihak paramiliter Rapid Support Forces (RSF) mengklaim telah menguasai istana kepresidenan dan bandara Khartoum. (AP/Samir Bol)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sedikitnya 97 orang tewas dan 365 lainnya luka-luka saat bentrokan di seluruh Sudan memasuki hari ketiga pada Senin (17/4/2023) pagi. Angka itu terungkap dari pernyataan serikat pekerja dokter.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperingatkan beberapa rumah sakit kehabisan persediaan penting untuk merawat para korban.

"Beberapa dari sembilan rumah sakit di Khartoum yang menerima warga sipil yang terluka telah kehabisan darah, peralatan transfusi, cairan infus, dan persediaan vital lainnya," kata badan tersebut, dikutip The Guardian.

Dalam situasi terbaru, tentara Sudan melakukan serangan balik atas upaya kudeta yang dilakukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dengan menggempur pangkalan mereka dengan serangan udara.

Akibatnya puluhan orang tewas. Program Pangan Dunia PBB bahkan menangguhkan operasi di negara itu setelah tiga karyawannya tewas dalam bentrokan di Darfur tersebut. Pertempuran juga dilaporkan terjadi di perbatasan timur negara bagian Kassala.

Pertempuran sendiri meletus sejak Sabtu (15/4/2023) antara unit-unit tentara yang setia kepada Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala Dewan Pemerintahan Transisi Sudan, dan RSF paramiliter, yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, yang merupakan wakil kepala dewan.

Itu adalah konflik pertama sejak keduanya bergabung untuk menggulingkan otokrat veteran Islam Omar Hassan al-Bashir pada 2019 dan dipicu oleh ketidaksepakatan atas integrasi RSF ke dalam militer sebagai bagian dari transisi menuju pemerintahan sipil.

Pertempuran sengit sebelumnya dilaporkan terjadi di sekitar bandara internasional Khartoum dan markas militer pada Minggu (16/4/2023). Saksi mata mengatakan tentara telah melakukan serangan udara di barak dan pangkalan RSF, termasuk di Omdurman di seberang Sungai Nil dari Khartoum, dan berhasil menghancurkan sebagian besar fasilitas mereka.

Sebuah pernyataan oleh tentara mengatakan ada bentrokan yang sedang berlangsung di sekitar markas militer di pusat Khartoum. Mereka mengatakan bahwa tentara RSF menempatkan penembak jitu di gedung-gedung, tetapi mereka telah "dipantau dan ditangani."

Di Nyala, ibu kota Darfur Selatan dan kota terpadat di Sudan setelah Khartoum, penduduk setempat menceritakan terpaksa mengungsi karena pertempuran antara dua faksi yang bersaing.

Di sisi lain, para tetangga dan badan regional berusaha membantu untuk mengakhiri kekerasan di negara tersebut. Mesir menawarkan untuk menengahi, dan Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan blok Afrika regional berencana mengirim presiden Kenya, Sudan Selatan, dan Djibouti sesegera mungkin untuk mendamaikan kelompok-kelompok Sudan yang berkonflik.

Krisis kekerasan yang antara dua faksi utama rezim militer yang berkuasa mengancam ketidakstabilan bukan hanya di Sudan tetapi sebagian besar kawasan, serta memperburuk pertempuran untuk pengaruh yang melibatkan kekuatan-kekuatan utama Teluk, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Rusia.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kudeta Berdarah Pecah di Sudan, Istana Presiden Dikuasai!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular