AS Hengkang dari Proyek Kesayangan Jokowi, Luhut Turun Tangan

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
14 April 2023 19:30
Luhut Binsar Pandjaitan di Kenya. (Tangkapan layar Instagram @luhut.pandjaitan)
Foto: Luhut Binsar Pandjaitan di Kenya. (Tangkapan layar Instagram @luhut.pandjaitan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc, telah menyatakan keluar dari proyek hilirisasi batu bara di Indonesia.

Padahal, proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) maupun etanol merupakan proyek "kesayangan" Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden sudah mencetuskan proyek hilirisasi batu bara ini menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pasalnya, proyek ini digadang bisa menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan menghemat devisa negara.

Menyikapi kondisi ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun tak tinggal diam. Usai pulang dari kunjungan kerja ke China pada pekan lalu, Luhut menyebut China sudah menawarkan diri untuk melanjutkan proyek hilirisasi batu bara di RI.

Namun demikian, menurutnya pembahasan lebih lanjut akan dilakukan pada Mei 2023 mendatang.

"Kalau China menawarkan diri sudah sih kemarin, kita akan coba lihat bulan Mei," ujarnya saat konferensi pers di Kemenko Marves, dikutip Jumat (14/4/2023).

Dia mengatakan, masih ada beberapa tahapan untuk mencari pengganti Air Products ini.

Luhut pun menyebut bahwa Air Products sendiri diklaim menggunakan teknologi yang berasal dari China.

"Saya kira masih ada tahapan yang kita lebih giatkan lagi, Air Products itu kan teknologinya dari China juga ya," ucapnya.

Perlu diketahui, Air Products mundur dari dua proyek hilirisasi batu bara di Indonesia.

Tak hanya mundur dari proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Air Products juga memutuskan mundur dari proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol di Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Untuk proyek DME di Tanjung Enim, Air Products bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero). Sementara untuk proyek metanol di Kutai Timur, perusahaan AS ini bekerja sama dengan PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources yang membentuk konsorsium bernama PT Air Products East Kalimantan (PT APEK).

Pada saat groundbreaking proyek DME 24 Januari 2022 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini, Presiden Jokowi langsung hadir dan menyaksikan awal pembangunannya.

Proyek DME di Tanjung Enim ini mulanya ditargetkan bisa menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dan diperkirakan menyerap 6 juta ton batu bara per tahunnya.

Dengan produksi 1,4 juta ton DME per tahun, maka diperkirakan bisa menekan impor LPG sebesar 1 juta ton per tahunnya. Proyek bernilai investasi US$ 2,1 miliar ini ditargetkan bisa menghemat devisa pengadaan impor LPG hingga Rp 9,14 triliun per tahun.

Sementara terkait proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol di Kalimantan Timur oleh PT Air Products East Kalimantan (PT APEK), proyek bernilai investasi Rp 33 triliun ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,8 juta ton metanol per tahun.

Proyek ini ditargetkan beroperasi komersial pada kuartal IV 2024. Dengan adanya proyek ini, diharapkan dapat mengurangi impor gas Indonesia sebesar US$ 7,6 miliar selama masa produksi dan meningkatkan perolehan devisa hingga US$ 4,7 miliar selama masa konstruksi dan produksi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Hengkang dari DME RI Saat Jokowi Persiapkan "Amunisi"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular