Internasional

Ngeri Hantu Inflasi, Ini Pesan IMF untuk Bank Sentral di Asia

luc, CNBC Indonesia
14 April 2023 06:51
Logo IMF
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bank-bank sentra di Asia dan Pasifik perlu mempertahankan kebijakan moneter ketat "lebih lama lagi" untuk memerangi risiko inflasi yang masih besar.

Beberapa bank sentral di kawasan ini, seperti Australia, telah mulai menghentikan kenaikan suku bunga karena mereka melihat ekonomi dan pertumbuhan pekerjaan mereka moderat dari dampak tantangan global dan pengetatan moneter di masa lalu.

"Inflasi inti tetap 'panas' dan telah menjadi pendorong inflasi utama yang lebih penting baru-baru ini, yang dapat menyebabkan inflasi dan tekanan upah yang lebih persisten," kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, Kamis (13/4/2023).

"Kesenjangan output untuk ekonomi Asia sedang atau sudah ditutup, dan depresiasi mata uang tahun lalu masih melewati harga domestik. Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa perjuangan menahan inflasi belum berakhir," imbuhnya.

Sementara itu, prospek global tetap suram kendati pembukaan kembali China akan mendukung ekonomi Asia melalui peningkatan perdagangan dan konsumsi.

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik sebesar 4,6% tahun ini, naik 0,3% poin dari perkiraan Oktober dan lebih cepat dari kenaikan 3,8% pada 2022.

Perkiraan terbaru menyiratkan bahwa wilayah tersebut akan berkontribusi lebih dari 70% pertumbuhan global tahun ini, kata Srinivasan.

IMF memperkirakan ekonomi China tumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2023, lebih tinggi dari pertumbuhan 3,0% pada tahun sebelumnya.

"Ekonomi China yang dibuka kembali pulih dengan kuat, dan ini akan menghasilkan dampak positif bagi mitra dagangnya, memberikan momentum baru untuk pertumbuhan Asia," katanya.

Adapun, suramnya sektor perbankan AS dan Eropa telah menambah ketidakpastian atas prospek ekonomi global, menarik peringatan dari IMF bahwa kerentanan sistem keuangan yang mengintai dapat meletus menjadi krisis baru dan menekan pertumbuhan global tahun ini.

Menurut Srinivasan, dampak dari tekanan perbankan global baru-baru ini di Asia sejauh ini terbatas, dengan paparan langsung bank dan investor Asia ke Silicon Valley Bank yang sangat minimal.

"Kecuali ketegangan meningkat dan menimbulkan kekhawatiran stabilitas berbasis luas, bank sentral harus memisahkan tujuan kebijakan moneter dari tujuan stabilitas keuangan," katanya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IMF Ungkap Simalakama Kebangkitan Ekonomi China, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular