Diminta Ambil Divestasi Saham Vale, Begini Jawaban MIND ID

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Kamis, 13/04/2023 12:57 WIB
Foto: Semester 1 2019, Pendapatan Vale Merosot (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - MIND ID atau PT Mineral Industri Indonesia (Persero) sebagai holding pertambangan di Indonesia diminta agar segera mengambil alih saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan tambang nikel asal Kanada yang saat ini kepemilikannya masih didominasi oleh asing.

Permintaan pengambilan saham Vale itu pun juga dilontarkan oleh Komisi VII DPR RI. Pada dasarnya, MIND ID mendukung langkah pemerintah untuk mengambil alih saham 11%, di mana saat ini MIND ID merupakan salah satu pemegang saham Vale sebanyak 20%.

Namun, sebelum mengambil alih saham Vale itu, manajemen MIND ID memberikan tantangan kepada Vale untuk bisa mengeluarkan uang investasinya, salah satunya di proyek pengolahan dan pemurnian (smelter) Vale.


Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo menyebut, pihaknya meminta Vale melakukan cash call. Dia mengatakan, MIND ID sebagai pemegang 20% saham Vale meminta Vale untuk memanggil perseroan agar menambahkan investasi di sana.

Dia beralasan, selama MIND ID menjadi pemegang 20% saham Vale sejak 19 Juni 2020 lalu, perusahaan tidak pernah diminta Vale untuk berinvestasi.

"Gw malah nantang sama Vale untuk cash call. Panggil kita sebagai pemegang saham untuk investasi di Vale. Kenapa kita pemegang saham nggak pernah dimintai untuk investasi. MIND ID ini kan pemegang saham, kalau mereka mau investasi, kita kan harus investasi juga," bebernya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (13/4/2023).

Bahkan, dia pun menyebut, sejak 2006 Vale sendiri belum pernah mengeluarkan biaya investasi. "Cek pernah nggak Vale keluarin duit dari tahun 2006 sampai sekarang, cek pernah nggak. Loh kok baru sekarang komitmen tapi belum keluar duit, komitmen-komitmennya keluarin duit apa enggak," tegasnya.

Dia pun menyinggung proyek smelter nikel baru Vale di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara senilai US$ 4,5 miliar atau Rp 67,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$). Proyek smelter ini merupakan proyek kerja sama Vale dengan perusahaan China Zhejiang Huayou Cobalt dan perusahaan Amerika Serikat Ford.

Dia pun mempertanyakan, siapa yang berinvestasi di proyek smelter baru tersebut? Apakah Vale atau justru Huayou atau Ford.

"Loh orang sekarang gw tantang, kenapa yang ini harus misalnya orang lain, dari luar? loh kita pegang investasi dong, kan kalau komitemnnya investasi kan dari kita, yang dituntut investasi itu siapa? Vale atau Huayou, atau Ford atau siapa?" tuturnya.

Seperti diketahui, pada 30 Maret 2023 lalu Vale Indonesia baru saja mendapatkan kepastian investasi oleh perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford Motor Co, dan perusahaan nikel asal China, Zhejiang Huayou Cobalt, untuk pembangunan proyek smelter nikel senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).

Adapun proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini berlokasi di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Smelter ini akan memproduksikan 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Mengutip Reuters, Kamis (30/03/2023), Vale dan Huayou menargetkan pembangunan konstruksi smelter ini akan dimulai pada November mendatang, sehingga operasional smelter diharapkan bisa terwujud pada 2026.

Vale akan memegang 30% saham di proyek smelter ini, sementara sisanya akan dikendalikan oleh Ford dan Huayou.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Komitmen PT Vale Indonesia di Praktik Penambangan Berkelanjutan