Negara Muslim Skeptis, Demokrasi AS Disebut Omong Kosong

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
09 April 2023 13:30
Seorang anggota media mengunjungi Sinagoga Moses Ben Maimon selama tur di Rumah Keluarga Abraham di Abu Dhabi pada 21 Februari 2023. - Uni Emirat Arab telah membuka pusat yang menampung masjid, gereja, dan sinagog resmi pertama di negara itu dengan tujuan untuk mempromosikan koeksistensi antaragama di negara Muslim. (RYAN LIM/AFP via Getty Images)
Foto: Seorang anggota media mengunjungi Sinagoga Moses Ben Maimon selama tur di Rumah Keluarga Abraham di Abu Dhabi pada 21 Februari 2023. (AFP via Getty Images/RYAN LIM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian besar orang Irak dan 12 negara mayoritas muslim skeptis akan komitmen Amerika Serikat (AS) untuk membangun demokrasi. Hal ini terlihat survei Gallup Poll.

Gallup Poll merupakan konsultan asal Amerika Serikat yang mengadakan jajak pendapatan publik. Dimana perusahaan itu menerbitkan hasil analisis, hingga video setiap harinya.

Survei yang diterbitkan Gallup pada Jumat (7/4/2023) itu juga menunjukkan kebanyakan orang di negara itu meragukan komitmen AS untuk bisa membangun masa depan politik mereka sendiri, tanpa pengawasan dan promosi demokrasi dari Paman Sam.

Jajak pendapat itu dirilis pada peringatan 20 tahun operasi pembebasan Irak. Dimana dari kampanye itu AS menggulingkan Saddam Hussein dari kekuasan yang dimulai pada tahun 2003.

Saat itu Presiden George W. Bush saat itu meluncurkan operasi atas pernyataan palsu bahwa Saddam sedang mengembangkan senjata pemusnah massal. Langkah itu umumnya dianggap sebagai salah satu kesalahan kebijakan luar negeri dalam sejarah AS.

Dua dekade kemudian, lebih dari seperempat warga Irak sebagian besar atau sekitar 72% mengatakan mereka tidak setuju bahwa AS serius mendorong pemilu yang terbuka dan bebas di sana.

Irak pada 2005 lalu sudah mengadakan pemilihan umum secara demokratis, namun negara timur tengah ini sudah terperosok dalam kekerasan, penipuan, dan protes di tengah faksi Sunni dan Syiah.

Peneliti Senior Irak Body Count (IBC) Lily Hamourtziadou yang melacak warga sipil di negara itu, invasi AS pada tahun 2003 menghasilkan ekonomi dystopian dan negara gagal.

Selain itu dia mengungkapkan AS dan sekutunya tidak akan pernah dapat menghasilkan demokrasi gaya Barat, atau hasil yang diharapkan pada negara maju.

Jajak pendapat Gallup juga menemukan bahwa Iran dengan polling 81% yang paling tidak percaya niatan dari AS di negara Iran. yang diikuti Tunisia, Turki, serta Palestina, dengan masing-masing 78% dan 75%.

Namun, hanya 38% orang Maroko dan 42% orang Kuwait yang tidak setuju dengan anggapan bahwa AS serius membangun sistem pemerintahan demokratis di wilayah Muslim.

Gallup juga menyurvei dengan pertanyaan apakah mereka merasa bahwa AS berkomitmen untuk membantu pembangunan ekonomi mereka. Iran, Turki, dan Tunisia sangat tidak setuju, antara 82 hingga 74%

lalu sekali lagi, Kuwait dan Maroko menunjukkan ketidaksepakatan paling sedikit, masing-masing sebesar 41% dan 34%.

Negara Muslim Skeptis, Demokrasi AS Disebut Omong Kosong

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian besar orang Irak dan 12 negara mayoritas muslim skeptis akan komitmen Amerika Serikat untuk membangun demokrasi. Hal ini terlihat survei Gallup Poll.

Gallup Poll merupakan konsultan asal Amerika Serikat yang mengadakan jajak pendapatan publik. Dimana perusahaan itu menerbitkan hasil analisis, hingga video setiap harinya.

Survei yang diterbitkan Gallup pada Jumat (7/4/2023) itu juga menunjukan kebanyakan orang di negara itu meragukan komitmen AS untuk bisa membangun masa depan politik mereka sendiri, tanpa pengawasan dan promosi demokrasi dari Paman Sam.

Jajak pendapat itu dirilis pada peringatan 20 tahun operasi pembebasan Irak. Dimana dari kampanye itu AS menggulingkan Saddam Hussein dari kekuasan yang dimulai pada tahun 2003.

Saat itu Presiden George W. Bush saat itu meluncurkan operasi atas pernyataan palsu bahwa Saddam sedang mengembangkan senjata pemusnah massal. Langkah itu umumnya dianggap sebagai salah satu kesalahan kebijakan luar negeri dalam sejarah AS.

Dua dekade kemudian, lebih dari seperempat warga Irak sebagian besar atau sekitar 72% mengatakan mereka tidak setuju bahwa AS serius mendorong pemilu yang terbuka dan bebas di sana.

Irak pada 2005 lalu sudah mengadakan pemilihan umum secara demokratis, namun negara timur tengah ini sudah terperosok dalam kekerasan, penipuan, dan protes di tengah faksi Sunni dan Syiah.

Peneliti Senior Irak Body Count (IBC) Lily Hamourtziadou yang melacak warga sipil di negara itu, invasi AS pada tahun 2003 menghasilkan ekonomi dystopian dan negara gagal.

Selain itu dia mengungkapkan AS dan sekutunya tidak akan pernah dapat menghasilkan demokrasi gaya Barat, atau hasil yang diharapkan pada negara maju.

Jajak pendapat Gallup juga menemukan bahwa Iran dengan polling 81% yang paling tidak percaya niatan dari AS di negara Iran. yang diikuti Tunisia, Turki, serta Palestina, dengan masing-masing 78% dan 75%.

Namun, hanya 38% orang Maroko dan 42% orang Kuwait yang tidak setuju dengan anggapan bahwa AS serius membangun sistem pemerintahan demokratis di wilayah Muslim.

Gallup juga menyurvei dengan pertanyaan apakah mereka merasa bahwa AS berkomitmen untuk membantu pembangunan ekonomi mereka. Iran, Turki, dan Tunisia sangat tidak setuju, antara 82 hingga 74%

lalu sekali lagi, Kuwait dan Maroko menunjukkan ketidaksepakatan paling sedikit, masing-masing sebesar 41% dan 34%.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Guru Hina Islam di AS, Sebut Shalat Ilmu Gaib

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular