Parah! Industri Tekstil RI Apes, Kini Diserang Barang China

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
06 April 2023 20:20
Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena maraknya pakaian bekas impor ilegal ternyata membuat industri tekstil Indonesia megap-megap. Kini beban semakin bertambah dengan serangan barang asal China. Padahal, 70% pasar dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) adalah market lokal.

Ini membuat kinerja industri tekstil Indonesia menurun. Dampaknya sudah terasa dari banyaknya pabrik yang tutup hingga PHK buruh besar-besaran.

Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan dan Pengembangan SDM BPP Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Nurdin Setiawan menuturkan, sebenarnya ada harapan bagus dari pasar lokal pada tahun 2023 ini, apalagi ditambah dengan adanya momen lebaran sehingga mampu meningkatkan produksi. Tetapi terganggu oleh gempuran produk-produk impor pakaian, baik yang legal maupun ilegal, terutama pakaian bekas atau thrifting yang sekarang secara vulgar dijual di mana-mana.

"Jadi semua orang tuh kayak tutup mata, padahal itu nyata di Permendag (Peraturan Menteri Perdagangan) itu dilarang, barang-barang bekas itu yang masuk ke Indonesia. Nah ini yang mengganggu terhadap kondisi market lokal," kata Nurdin kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/4/2023).

Dampak dari adanya impor pakaian tersebut, menurutnya, tidak hanya berdampak dari sektor hilir saja, melainkan dari sektor hulunya juga terdampak.

Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Warga melintas di depan pabrik PT Tuntex, Kab Tangerang, Selasa, 5/4. PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik garmen terbesar di Kabupaten Tangerang, bangkrut setelah mengalami penurunan omzet ekspor secara drastis. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Karena produk-produk lokal ini dia supply kainnya atau materialnya kan dari lokal juga, dari sektor hulu. Nah ketika di sektor hilir supply-nya tidak ada atau berkurang maka untuk supply dari sektor hulu dalam hal ini adalah fabric atau material juga pasti akan berkurang," terangnya.

"Ketika permintaan materialnya berkurang, maka untuk fibernya juga pasti akan berkurang order atau permintaannya. Jadi, ini saling ketergantungan," imbuhnya.

Nurdin mengatakan, pengaruh dari produk impor ilegal bukan hanya dilihat dari sisi hilir industri TPT lokal tidak mampu bersaing secara kualitas, tetapi melainkan karena tidak mampu bersaing secara harga, karena harga yang ditawarkan mereka jauh lebih murah.

"Mereka jauh lebih murah, karena mereka gak bayar pajak. Bagaimana pun kita tidak akan mampu bersaing, tapi kalau secara kualitas TPT juga bisa dibanggakan kok secara kualitas," ujarnya.

Maraknya pakaian bekas impor dan serbuan barang China jelas mengganggu terhadap produk lokal. Bukan tidak mungkin industri tekstil RI menemui ajal. Harapan pun disuarakan agar pemerintah membantu mereka.

"Memang harus segera dilakukan pengawasan dan penindakan oleh pihak dan instansi terkait, harus sinergi untuk memerangi itu. Bukan cuma kuratif tetapi lebih kepada preventif, kalau memang ingin meningkatkan kembali kepercayaan indeksnya," jelasnya.


(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mendadak Indeks Kepercayaan Industri RI Menurun, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular