
Harga Beras Masih Liar, Ternyata Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras terpantau masih bergerak naik, meski sedang musim panen raya. Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga beras premium dan medium hari ini (Senin, 3/4/2023) naik Rp30 dari sehari sebelumnya.
Tercatat, data pukul 14.44 WIB Panel Harga Badan Pangan, harga beras premium naik ke Rp13.610 per kg dan beras medium naik ke Rp11.890 per kg.
Sepekan lalu, 27 Maret 2023, harga beras premium Rp13.590 per kg dan beras medium Rp11.870 per kg.
Harga saat ini lebih mahal dibandingkan harga April 2022 yang bertengger di Rp12.350 per kg beras premium dan beras medium di Rp10.830 per kg.
Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.
Lalu apa penyebab harga beras terus menanjak naik?
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan, kenaikan harga dipicu masih menipisnya pasokan beras di dalam negeri.
"Selama 6 bulan terakhir, sejak Agustus 2022, produksi kita masih di bawah permintaan," kata Arief saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR, Senin (3/4/2023).
"Bahkan, di bulan Februari yang ditargetkan produksi mencapai 2,86 juta ton, hasil amatan Januari. Tapi setelah amatan Februari justru terkoreksi 820.000 ton. Sehingga, surplus kita di bulan Februari hanya 320 ribu ton," jelasnya.
Areif menjabarkan, setiap bulan permintaan beras di dalam negeri diprediksi berkisar 2,51 juta ton.
Hanya saja, Ketua Komisi IV Sudin tak begitu saja menerima penjelasan Kepala Bapanas.
Pasalnya, Sudin melihat ada ketidakakuratan dan perbedaan data antara Kementan dan Bapanas.
Apalagi, dia mengaku tak percaya data Kementan soal produksi beras.
Meski, saat ditanya, Arief mengatakan data yang dia paparkan adalah data BPS hasil amatan bulan Februari 2023.
"Rapat sebelumnya dengan Kementan, Januari-April itu produksinya 12,46 juta sekian, itu pun saya masih meragukan. Kita rapat seminggu atau 10 hari lalu. Kalau ini 13,37 juta ton malah bertambah dong produksinya?," kata Sudin.
"Maka saya bingung, ini data dari mana? Kalau bertambah, harga beras masih mahal. Hukum dagang di mana-mana masih berlaku, " ujar Sudin.
Sudin pun menyoroti kondisi pengumpulan data BPS.
"Berapa puluh ribu petugas BPS. Makanya saya katakan data produksi BPS nggak valid. Kenapa? 1 desa 1 penyuluh, sampai saat ini 3 desa 1 penyuluh," tukas Sudin.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras Terus Naik, Ternyata Ini Biang Keroknya