Inspiratif! Kisah Retno Marsudi dari Nobody Jadi Somebody

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menceritakan kisah perjuangannya sebagai orang biasa sampai akhirnya bisa menjadi seorang menlu Indonesia. Tak cuma itu, ia juga berhasil mencatatkan sejarah sebagai menlu perempuan pertama yang dimiliki Indonesia.
Retno menyebut, dulu dirinya adalah 'nobody' dan dengan kerja keras dan keyakinan bahwa perempuan bisa, hal tersebut kemudian berhasil mengantarkannya menjadi 'somebody'.
"I was nobody, saya adalah anak yang sangat, sangat sederhana, saya merasakan berbagai kesusahan dan kesulitan banyak sekali yang saya lalui selama masa kecil saya," cerita Retno dalam acara Top Women Fest CNBC Indonesia, Sabtu (25/3/2023).
![]() |
"Jadi saya biasanya kalau sudah cerita mengenai masa kecil agak terbata-bata, jadi sekali lagi I was nobody, saya nggak ada keluarga pejabat," tegasnya.
Ia bercerita bahwa pada tahun 1986, bekerja di Kementerian Luar Negeri, atau dulu dikenal dengan Departemen Luar Negeri, hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berasal dari keluarga pejabat, atau setidaknya memiliki kenalan pejabat. Namun menurutnya, tembok batas tersebut dapat diruntuhkan dengan semangat kerja keras dan kegigihan.
Retno pun berhasil membuktikan bahwa dirinya sebagai orang biasa, yang bukan dari kalangan pejabat, juga mampu sampai pada pencapaian tertinggi karir diplomatik dalam Kementerian Luar Negeri, yakni menjadi Menteri Luar Negeri.
"Di tahun 1986 kata orang yang bisa masuk Departemen Luar Negeri itu kalau punya kenalan pejabat, tapi saya bisa membuktikan, kalau kamu kerja keras, kamu bisa mengubah dari nobody menjadi somebody. Dengan niat kerja keras, I never give up," katanya meyakinkan.
"Jangan pernah merasa kecil karena kita bisa melakukan exactly sama dengan laki-laki [...] Dan kita (perempuan) bisa membuktikan bahwa kita bisa masuk ke pekerjaan-pekerjaan yang ini adalah dunia laki-laki (diplomat)," lanjutnya.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia ini bercerita, kondisinya yang berasal dari keluarga sederhana telah membangun semangat kerja kerasnya sejak kecil. Oleh karena itu, saat SMA, Retno telah mempersiapkan diri menjadi Diplomat dengan masuk ke jurusan yang dapat mengantarkannya kepada posisi tersebut.
Selain itu, setiap kesempatan yang dapat membawanya ke pekerjaan tersebut ia ikuti, sampai akhirnya Retno terpilih mendapatkan beasiswa untuk masuk ke Kemlu di saat dia masih menjadi mahasiswa. Waktu itu, ia bercerita Kemlu membuat pendaftaran ke kampus-kampus yang akhirnya membuka jalan bagi mahasiswa biasa untuk bergabung ke Kemlu.
Menurutnya, Kemlu memiliki sistem merit yang sangat mendukung perempuan untuk memiliki karir diplomatic yang cemerlang. Menurutnya, berkat sistem tersebut, ia berhasil menjadi direktur di umur 38 tahun dan menjadi duta besar di umur 42 tahun.
"Perempuan bisa berkembang apabila sistem dan lingkungannya mendukung, di Kemlu kami termasuk yang pertama kali melakukan merit sistem, itulah yang kemudian menjadikan orang-orang nobody seperti saya pada usia saya 38 tahun pada saat itu masih muda, 38 tahun saya sudah menjadi Direktur, 42 tahun saya jadi Duta Besar, dan itu tidak mungkin terjadi kalau tidak ada sistem yang bagus,"
Untuk itu, ia mengingatkan pentingnya menciptakan sistem yang dapat membuat perempuan berkembang dalam karirnya. Dengan sistem merit tersebut mampu membuka jalan bagi orang-orang yang tadinya bukan siapa-siapa dapat menjadi orang-orang yang luar biasa.
"Jadi kita punya hutang untuk menanamkan dan memperbaiki merit sistem yang baik, karena dengan merit sistem yang baik itu those nobody can become somebody, karena kalau tidak orang jadi somebody itu anaknya somebody, dan rantai kemiskinan itu tidak bisa terpotong," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Asean Bakal Punya Anggota Baru? Begini Faktanya
(hsy/hsy)