Kapan RI Bisa Ekspor Listrik ke Singapura? Ini Perkiraannya

News - Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
24 March 2023 18:45
Patung Merlion, objek wisata populer di Singapura. (AP/Annabelle Liang) Foto: Patung Merlion, objek wisata populer di Singapura. (AP/Annabelle Liang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara tetangga yakni Singapura telah mengajukan permintaan listrik dari Indonesia, khususnya berbasis energi baru terbarukan (EBT). Lantas, kapan Indonesia akan mulai mengekspor listrik ke Singapura?

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin mengungkapkan bahwa kegiatan ekspor listrik ke Singapura kemungkinan baru bisa dilakukan setelah 2030 mendatang.

Dia menjelaskan, hal itu dikarenakan Indonesia butuh waktu untuk membangun industri EBT, khususnya pabrik panel surya, di dalam negeri, dan berdasarkan peta jalan (roadmap), PLTS di Indonesia mulai marak setelah 2030.

Dia mengatakan, setelah industri panel surya di dalam negeri berkembang, maka baru lah Indonesia bisa mengekspor listriknya ke Singapura.

"Cuma memang kita punya roadmap, kita punya kebutuhan mungkin masih di 2030 ke sana baru (PLTS) agak banyak. Saat ini kita masih punya listrik yang cukup banyak di Indonesia, sehingga misal kalau berdasarkan RUPTL PLN mungkin sampai 2030 solar panel (panel surya) itu kebutuhan sekitar 4,7 GWp," tutur Rachmat kepada CNBC Indonesia dalam program 'Energy Corner', dikutip Jumat (24/3/2023).

Dia menjelaskan, bila Indonesia mengekspor listrik dari tenaga surya sebelum industri panel surya di dalam negeri terbangun, maka Indonesia hanya akan mengimpor peralatan dari China.

"Nanti kita juga ingin kembangkan supaya (industri panel surya dalam negeri) lebih besar lagi. Nah oleh karena itu, jika kita bangun solar farm untuk diekspor saat ini, kenyataannya mungkin bakal impor dari China equipment-nya. Karena China ini produsen solar panel paling besar di dunia," imbuhnya.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mengungkapkan bahwa perusahaan asal China akan menjadi salah satu calon investor yang berminat membangun pabrik panel surya atau solar panel di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa sudah ada calon investor yang tertarik dalam menyediakan salah satu bahan dalam pembuatan panel surya yakni kacanya. Perusahaan tersebut pun sudah mendatangi Kementerian ESDM dan membicarakan rencana pembangunan pabrik panel surya di Indonesia.

"Sebagian besar kaca kita sudah ada sebetulnya, kan kalau panel itu di bawahnya ada kaca, kacanya dua ya, bawah sama atas, yang ini pun Pak Menteri sudah terima salah satu calon investor yang ingin membangun itu yang ada di Bangka Belitung," ungkap Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (16/3/2023).

Dia menyebut, calon investor tersebut adalah perusahaan asal China, yakni Xinyi Solar Holdings.

"Nah itu sudah benar," ucapnya saat ditanya apakah perusahaan tersebut adalah Xinyi Solar Holdings.

Dadan juga menyebutkan, permintaan listrik dari sumber energi surya di Indonesia sudah cukup besar. Bahkan, ada juga permintaan dari luar negeri, yakni Singapura.

Dia pun menyebut Pemerintah Singapura sudah mengajukan impor listrik berbasis energi baru terbarukan dari Indonesia. Adapun salah satu sumber EBT tersebut yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Sesuai titah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Pemerintah Indonesia akan menyetujui ekspor listrik ke Singapura asalkan industri panel surya terlebih dahulu dikembangkan di dalam negeri.

Oleh karena itu, pemerintah kini juga tengah mendorong pembangunan panel surya di Tanah Air.

"Indonesia demand-nya besar untuk EBT, kan sumber daya besar, masyarakat juga banyak, ada potensi juga untuk ekspor keluar di ASEAN, kan ini ada nih termasuk ke Singapura. Nah sekarang kita dorong supaya pabriknya ada di sini, pabrik panel yang paling gampang," tambahnya.

Tak hanya itu, sejumlah perusahaan energi Indonesia juga tengah menggandeng beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai (Original Equipment Manufacturer/ OEM), baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini ditujukan untuk membangun industri rantai pasok panel surya atau Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) di Indonesia.

Perusahaan energi RI tersebut antara lain PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru).

Ketiga perusahaan energi RI ini menandatangani MoU dengan pabrikan manufaktur PV dan baterai (OEM) dari dalam dan luar negeri, antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co Ltd, Znshine PV-Tech Co Ltd, Sungrow Power Supply Co Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co Ltd.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

RI Mau Ekspor Listrik ke Singapura, Sumbernya Dari Mana?


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading