Anthony Albanese, PM Australia yang Menangis Gegara Aborigin

Thea Fathanah & Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
25 March 2023 03:30
Australia's Prime Minister Anthony Albanese walks at the Welcoming Dinner during G20 Leaders' Summit, at the Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, in Badung, Bali, Indonesia, November 15, 2022. REUTERS/Willy Kurniawan/Pool
Foto: Anthony Albanese (REUTERS/WILLY KURNIAWAN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese dilaporkan beberapa kali terisak seakan menangis. Ini terjadi saat ia memaparkan pidato di Gedung Palemen, Kamis (23/3/2023) waktu setempat.



Hal ini terkait referendum yang akan dilakukan, perdana dalam 24 tahun. Referendum itu terkait suku Aborigin dan orang kepulauan Selat Torres.

Ada apa?

Ini menyangkut pengakuan kepada penduduk asli Australia itu di dalam konstitusi negara kangguru tersebut. Sehingga mereka memiliki hak suara.

"Undang-undang yang diusulkan untuk mengubah konstitusi untuk mengakui bangsa pertama Australia ... Apakah Anda menyetujui perubahan yang diusulkan ini?," ujarnya, dikutip dari CNN International.

"Itulah pertanyaan di hadapan rakyat Australia, tidak lebih, tetapi tidak kurang," tambahnya sedikit emosional, seraya berhenti sejenak.

"Momen ini dibuat dalam waktu yang sangat lama, namun mereka (Aborigin dan orang kepulauan Selat Torres) telah menunjukkan kesabaran dan optimisme yang luar biasa melalui proses ini," ujarnya lagi.

"Dan semangat kerja sama serta dialog yang bijaksana dan penuh hormat itu sangat penting untuk mencapai titik ini dengan cara yang bersatu," kata Albanese.

Referendum sendiri akan dijadwalkan antara Oktober dan Desember. Pemerintah mengatakan ini adalah kesempatan terbaik negara untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu, yang dilakukan setelah penjajahan.

Dalam laporan yang sama, penduduk Aborigin dan Kepulauan Selat Torres Sudan 200 tahun menyaksikan invasi di tanah mereka. Namun, dari data statistik pemerintah, kesenjangan masih terjadi.
Warga pribumi itu masih mendapatkan penderitaan di bidang kesehatan. Belum lagi hasil ekonomi mereka lebih buruk daripada anggota populasi Australia non-Pribumi.

Bahkan, Aborigin dan Torres tidak pernah disebutkan dalam konstitusi negara itu yang sudah berusia 122 tahun. Padahal, jumlah mereka sekitar 3,2% dari sekitar 26 juta populasi Australia.

Diketahui, untuk lolos, referendum harus memenangkan mayoritas suara secara nasional dan mayoritas suara di sebagian besar negara bagian. Dalam sejarahnya, hanya delapan dari 44 referendum yang pernah disetujui di Australia.

Referendum terakhir diadakan pada tahun 1999. Ketika itu, warga Australia menolak seruan untuk menjadi negara republik.

Albanese mengatakan kata-kata pemungutan suara tahun ini dirancang selama berbulan-bulan. Pemerintah sudah konsultasi dengan kelompok adat dan pakar hukum.

"Bentuk kata-kata ini benar secara hukum, dan ini adalah bentuk kata-kata yang kita semua yakini akan mendapatkan dukungan sekuat mungkin dari masyarakat Australia," katanya lagi.

Mau lebih kenal dengan sosok Albanese? Simak penjelasannya seperti dikutip The Hill.

1. Pejuang homoseksual

Albanese tumbuh bersama ibunya di perumahan umum di dalam bagian barat Sydney. Ibunya beretnis Irlandia dan ayahnya Italia.

Pada tahun 1984, ia lulus dari University of Sydney dengan gelar Sarjana Ekonomi sebelum memenangkan pemilihan Parlemen Australia pada tahun 1996 untuk mewakili wilayah asalnya di Grayndler. Albanese dikenal memperjuangkan hukum pertama Australia yang memberikan hak yang sama kepada pasangan homoseksual seperti pasangan heteroseksual.

"Saya berharap ada keluarga di perumahan umum yang menonton malam ini," kata wakil perdana menteri di pemerintahan kedua mantan PM Kevin Rudd, yang dibentuk pada 2013 itu, dalam pidato kemenangannya.

"Karena saya ingin setiap orang tua dapat memberi tahu anak mereka bahwa dari mana pun Anda berasal, pintu peluang terbuka untuk kita semua."

2. Pimpin Partai Buruh sejak 2019

Albanese memegang kemudi Partai Buruh sejak tahun 2019. Ia mengambil posisi ini menggantikan Bill Shorten.

Dalam kepemimpinannya, Albanese berfokus pada isu-isu termasuk perubahan iklim, membuat penitipan anak lebih terjangkau dan memperluas layanan kesehatan yang dibantu pemerintah. Dalam pidato kemenangannya pada hari Sabtu, Albanese mengatakan "rakyat Australia telah memilih untuk perubahan" dan dia berjanji untuk "membuat perbedaan positif setiap hari".

3. Pendukung iklim

Albanese telah berbicara blak-blakan tentang perubahan iklim karena Australia telah dikepung oleh bencana alam terkait iklim. Termasuk kebakaran hutan yang dimulai pada 2019 dan membakar jutaan hektare.

Namun, Albanese telah mengisyaratkan bahwa dia tidak akan menghapus batu bara. Menurut media Australia, Sydney Morning Herald, keraguan ini timbul setelah retorika pada pemilu 2019 lalu.

4. Berjanji satukan masyarakat Australia

Albanese berjanji dalam pidato kemenangannya bahwa timnya "akan bekerja setiap hari untuk menyatukan orang Australia dan akan memimpin pemerintahan yang layak bagi rakyat Australia."

Salah satu manifestasi kampanye ini adalah mengadakan referendum untuk membentuk badan penasihat Pribumi untuk parlemen selama masa jabatan tiga tahun.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahas Suku Aborogin, Tangis PM Australia Pecah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular