Warga RI Harap Sabar, Bentar Lagi Harga Beras Diramal Turun

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
21 March 2023 13:40
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memantau harga sembako di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Jumat (17/3/2023). (CNBC Indonesia/Mrtyasari)
Foto: Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memantau harga sembako di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Jumat (17/3/2023). (CNBC Indonesia/Mrtyasari)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras medium terpantau melandai hari ini setelah sempat naik ke level rekor kemarin. Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, hari ini (Selasa, 21/3/2023 pukul 11.25 WIB), harga beras medium turun Rp20 jadi Rp11.880 per kg.

Di pedagang grosir juga terjadi penurunan harga sebear Rp100 jadi Rp11.350 per kg. Meski di tingkat produsen masih terjadi kenaikan. Di mana harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik Rp80 jadi Rp5.310 per kg dan harga beras medium di penggilingan naik Rp50 jadi Rp10.510 per kg.

Khusus wilayah DKI Jakarta, harga beras juga terpantau naik hari ini. Harga beras IR.III (IR 64) atau medium naik Rp89 jadi Rp10.716 per kg.

Namun, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, kenaikan harga ini tak akan berlangsung lama dan sebentar lagi diprediksi harga beras akan terus melandai.

"Harga akan mulai turun. Karena sekarang berlum transmisi saja. Kan sudah panen, untuk menghasilkan gabah dari beras perlu waktu. Saat ini penggilingan padi sedang fokus mengisi gudang-gudang mereka dengan gabah," kata Dwi Andreas kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (21/3/2023).

"Untuk konversi dari beras ke gabah kan butuh waktu. Hitungan saya 2 minggu lagi (harga beras di konsumen bisa bergerak turun)," tambahnya.

Dia mengatakan, kenaikan harga beras saat ini tidak terkait dengan keputusan pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras.

Ini adalah kenaikan HET pertama sejak tahun 2017 lalu yang ditetapkan lewat Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 57/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras, untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), juga Sulawesi.

"Harga di pasar nggak ada kaitannya dengan HET, lihat saja. Di pasar itu kan supply-demand," katanya.

"Karena itu, kami sarankan HET ini jadi acuan pemerintah saja. Sebagai ceiling price (harga batas atas). Ketika harga melampaui HET, pemerintah langsung intervensi. Jadi, bukan diberlakukan ke masyarakat atau pedagang," ujar Dwi Andreas.

Dwi Andreas menambahkan, kenaikan HET beras tidak merugikan petani.

"Seolah-olah kalau harga di konsumen tinggi sangat merugikan petani karena petani adalah konsumen. Pandangan ini salah besar," cetusnya.

Justru, kata dia, jika HET naik berarti akan menaikkan harga gabah di tingkat petani.

"Petani itu hanya menjual 60-80% gabah hasil panennya. Nggak semua dijual, tapi akan disimpan untuk konsumsi rumah tangganya sendiri. Yang kena pengaruh HET ini adalah konsumen di perkotaan yang tidak menanam padi," tukas Dwi Andreas.

Sementara itu, Dwi Andreas menambahkan, harga beras di Indonesia saat ini bukanlah yang termahal di dunia. Harga beras di Indonesia, ujarnya, masih kalah dengan harga beras di Filipina, Vietnam, China, Malaysia, dan Thailand.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras Pecah Rekor Lagi, Hari Ini Tembus Rp 13.000/Kg

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular