
Potret Biang Keladi yang Buat 3 Bandara Jerman "Mati"
Gagalnya penerbangan komersial di tiga bandara Jerman terjadi akibat buntut pemogokan oleh serikat pekerja Verdi.

Tiga bandara di Jerman mengumumkan tidak ada jadwal penerbangan komersial yang akan lepas landas pada Senin (23/3/2023). Ketiga bandara tersebut adalah Berlin, Bremen, dan Hamburg. (Sean Gallup/Getty Images)

Hilangnya penerbangan komersial di tiga bandara Jerman tersebut terjadi akibat buntut pemogokan oleh serikat pekerja Verdi atas pembayaran gaji para pekerjanya. (Sean Gallup/Getty Images)

"Karena peringatan oleh karyawan di kontrol keamanan penerbangan, tidak ada keberangkatan komersial yang akan dilakukan di BER hari ini, 13 Maret. Penerbangan masuk juga mungkin terpengaruh," kata bandara Berlin di situs web-nya, mengutip Reuters. (Sean Gallup/Getty Images)

Bandara Hamburg juga mengatakan bahwa kedatangan bisa ditunda atau dibatalkan. Bremen mengatakan jika tidak akan ada penerbangan dari bandaranya. Menurut bandara di Berlin, sekitar 27.000 penerbangan dibatalkan. (Sean Gallup/Getty Images)

Serikat pekerja Verdi di Jerman telah menyerukan pemogokan pada 13 Maret di bandara utara negara itu, termasuk Berlin, yang kemungkinan akan menyebabkan antrean penumpang lebih panjang dan pembatalan penerbangan. (Fabian Sommer/picture alliance via Getty Images)

Pemogokan akan mempengaruhi bandara internasional Berlin, serta bandara kecil Hamburg, Hanover dan Bremen, menurut pernyataan cabang regional yang relevan dari serikat pekerja sektor jasa. Verdi mengatakan pihaknya menyerukan staf keamanan untuk mogok di bandara Berlin karena perselisihan tentang gaji malam kerja, akhir pekan dan hari libur bank yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. (Sean Gallup/Getty Images)

Pemogokan ini adalah peristiwa rerbaru dari serangkaian pemogokan dan protes yang melanda ekonomi utama Eropa, termasuk Prancis, Inggris, dan Spanyol. Ini terjadi saat harga pangan dan energi yang lebih tinggi menurunkan pendapatan dan standar hidup masyarakat benua Eropa setelah pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina. (Fabian Sommer/picture alliance via Getty Images)